KONTEKS.CO.ID – Masokis, atau juga dikenal sebagai masokisme, adalah salah satu bentuk kelainan seksual atau parafilia. Kelainan ini melibatkan dorongan, perilaku, fantasi, dan keinginan untuk membangkitkan gairah seksual yang kuat melalui perilaku seks yang menyimpang.
Penderita masokis cenderung menyakiti diri sendiri atau pasangan mereka untuk memuaskan fantasi seksual mereka.
Salah satu bentuk penyimpangan yang paling berbahaya adalah asfiksia seksual, di mana penderita merasa terangsang ketika dibekap, dicekik bahkan dijerat. Sayangnya, perilaku masokis ini dapat berakibat fatal atau bahkan menyebabkan kematian.
Perilaku masokis cenderung lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Wanita cenderung lebih suka bentuk fantasi seksual ringan, seperti pukulan ringan. Sementara pria cenderung lebih suka tindakan yang melecehkan status pasangannya, misalnya memaksa mencium kakinya.
Meskipun belum ada yang mengetahui secara pasti penyebab perilaku masokis ini, namun beberapa teori menghubungkannya dengan fetish yang tidak terkendali. Bahkan ada juga teori lain yang menyebutkan bahwa kelainan parafilia ini karena adanya peran trauma seksual pada masa kecil.
Bagi mereka yang menderita gangguan masokis seksual, penanganan yang tepat menjadi hal yang sangat penting. Psikoterapi adalah salah satu metode yang umum oleh para ahli gunakan dalam penanganan masokisme.
Tujuannya adalah untuk mengungkap dan mengatasi penyebab perilaku masokis serta membantu penderita untuk lebih waspada terhadap dampak dan risiko dari perilaku mereka.
Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat penurun kadar testosteron atau obat penenang dan antidepresan, juga dapat digunakan sebagai bagian dari penanganan gangguan masokis dalam kasus tertentu.
Namun, penggunaan obat-obatan harus selalu berdasarkan rekomendasi dan pengawasan dokter, karena belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi perilaku masokis secara umum.
Penting bagi penderita masokis untuk mencari bantuan profesional dalam penanganan gangguan menyimpang ini.
Dengan pengobatan yang tepat, harapannya perilaku menyimpang ini bisa mereka kendalikan sehingga tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"