KONTEKS.CO.ID – CAPD menjadi pilihan untuk cuci darah supaya pasien gagal ginjal bisa beraktivitas dengan lebih leluasa. Seperti apa prosedur dan keamanannya? Ketahui di sini.
Ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik dan gagal ginjal berkembang, masyarakat ditawarkan berbagai pengobatan, salah satunya cuci darah atau cuci darah.
Dialisis biasanya dilakukan dengan dua cara: dialisis melalui lengan atas dan dialisis melalui perut (dialisis peritoneal rawat jalan terus menerus atau CAPD).
Jadi Dialisis Peritoneal Rawat Jalan Terus Menerus atau CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) merupakan jenis pengobatan untuk gagal ginjal yang memanfaatkan lapisan perut atau perut untuk menyaring darah di dalam tubuh.
Dialisis Peritoneal Rawat Jalan Terus Menerus dimulai dengan ahli bedah membuat lubang kecil di dekat pusar Anda. Lubang kecil ini membantu memasukkan tabung (kateter) ke dalam rongga perut.
Kateter kemudian dihubungkan ke kantong berisi dialisat dan dibiarkan di rongga perut. Seperti prosedur medis lainnya, manfaat dan risiko tetap ada.
Tapi jangan khawatir, manfaat Dialisis Peritoneal Rawat Jalan Terus Menerus lebih besar daripada risikonya.
Di bawah ini adalah beberapa kelebihan atau kelebihan dari metode Dialisis Peritoneal Rawat Jalan Terus Menerus.
1. Penderita gagal ginjal tidak perlu ke rumah sakit
Pada hemodialisis, prosedur dialisis dilakukan secara mekanis di rumah sakit.
Selama CAPD, pasien dengan kateter dapat menerima dialisis di rumah, di tempat kerja, atau di tempat lain tanpa harus pergi ke rumah sakit.
Gunakan permukaan yang bersih dan tangan yang bersih saat menyambungkan kantong dialisat.
2. Peralatan yang digunakan untuk CAPD bersifat portable (mudah dibawa)
Kit CAPD biasanya terdiri dari kantong dialisat, klip, dan kateter untuk mengalirkan dialisat ke dalam rongga peritoneum.
Kit ini mudah dibawa-bawa memberi pengguna lebih banyak kebebasan dalam aktivitas sehari-hari seperti bekerja dan sekolah.
3. Pembatasan atau kurang pembatasan diet pada pengguna CAPD
Diperlukan untuk mengganti dialisat sekitar empat kali sehari selama sekitar 30 sampai 40 menit. Ini membantu meminimalkan risiko penumpukan atau akumulasi kalium, natrium, dan cairan dalam tubuh Anda.
Pengguna Dialisis Peritoneal Rawat Jalan Terus Menerus mungkin memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam mengatur asupan makanan dan minuman mereka daripada pengguna hemodialisis.
4. Kemungkinan fungsi ginjal yang berkelanjutan
Fungsi ginjal pada pasien dengan gagal ginjal diketahui bertahan lebih lama dengan dialisis CAPD dibandingkan dengan hemodialisis.
5. Baik untuk jantung dan pembuluh darah
Dengan CAPD, pasien gagal ginjal dapat mengontrol jumlah air dalam tubuhnya dengan lebih baik. Ini mengurangi ketegangan pada jantung dan mengurangi tekanan pada pembuluh darah.
Berbagai risiko CAPD
Terlepas dari manfaatnya, CAPD juga menimbulkan risiko bagi pasien yang menjalaninya. Di bawah ini adalah berbagai risiko CAPD.
1. infeksi
Karena pasien harus membuka dan menutup kateter dan melakukan pertukaran dialisat secara teratur, CAPD menimbulkan risiko infeksi yang signifikan.
Jika kulit di sekitar kateter tidak dijaga kebersihannya, bakteri dapat menginfeksi peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Gejala infeksi bakteri termasuk dehidrasi, demam, mual, muntah, dan dialisat keruh.
2. Hernia
Pembawa CAPD mempertahankan dialisat di rongga peritoneum untuk waktu yang lama. Kondisi ini mengencangkan otot perut dan meningkatkan risiko hernia.
3. Penambahan berat badan
Dialisat mengandung gula yang disebut glukosa. Mengkonsumsi terlalu banyak cairan ini dapat menyebabkan tubuh Anda membakar terlalu banyak kalori, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan. Ini juga dapat memperburuk kondisi penderita diabetes.
4. Dialisis kurang optimal
Seiring waktu, manfaat dan risiko CAPD dianggap tidak efektif dalam memurnikan darah, sehingga pasien gagal ginjal mungkin perlu beralih ke metode hemodialisis.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"