KONTEKS.CO.ID – Di bulan Ramadhan, kebanyakan orang cenderung hati-hati ketika mandi, terutama saat membersihkan sisa sabun di bagian tubuh yang berlubang seperti telinga. Hal ini tentu untuk menghindari masuknya air ke dalam lubang-lubang tubuh yang bisa membatalkan puasa.
Namun, menurut Ustaz Mohammad Mubasysyarum dari Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, kebutuhan mandi seseorang selama bulan Ramadhan tidak berkurang. Bahkan, beberapa orang cenderung membutuhkan mandi lebih sering terutama saat cuaca sangat panas.
Mandi saat puasa sebenarnya tidak berbeda dengan mandi di hari-hari biasa. Namun, ketika membersihkan sisa air sabun di bagian tubuh yang berlubang seperti telinga, terkadang tanpa sengaja air bisa masuk ke dalam telinga. Lalu, apakah hal ini membatalkan puasa?
Menurut hukum fiqih, salah satu syarat sahnya puasa adalah menahan diri dari masuknya sesuatu ke dalam lubang terbuka seperti mulut, telinga, hidung, alat kelamin dan dubur. Jika terjadi masuknya benda ke dalam jauf, maka puasa yang seorang lakukan bisa tidak sah atau batal, tergantung dari jenis aktivitasnya.
Jika masuknya air ke dalam telinga terjadi karena aktivitas yang berdasarkan syariat, seperti mandi wajib, mandi sunah, atau menghilangkan najis, maka puasa tidaklah batal. Sebaliknya, jika masuknya air terjadi saat mandi hanya untuk mencari kesegaran atau membersihkan tubuh, maka puasa bisa jadi tidak sah.
Meskipun batal, pelakunya tetap wajib melanjutkan aktivitas imsak layaknya orang berpuasa, seperti menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya. Selain itu, pelakunya juga harus mengqadha puasa di kemudian hari di luar bulan Ramadhan.
Menghindari masuknya air ke dalam lubang terbuka seperti telinga saat mandi di bulan Ramadhan sangat penting untuk menjaga puasa tetap sah. Lebih baik mengutamakan kehati-hatian dalam menjalankan puasa untuk menghindari kesalahan yang dapat merusak nilai ibadah kita.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"