KONTEKS.CO.ID – Namanya Ahmad Munjizun. Sosok ini langsung viral menjadi pembicaraan warganet di Indonesia. Terlebih setelah foto dan videonya meraih gelar doktor di North Carolina University, AS, hilir-mudik di media sosial.
Ahmad Munjizun layak menjadi pembicaraan di masyarakat. Sebab, latar belakangnya sebagai penggembala kuda dan sapi di Lombok Tengah, NTB, dan gelar akademiknya adalah inspirasi bagi anak muda di Indonesia.
“Datang dari Indonesia, desa kecil di Pulau Lombok. Sebagai anak, saya tumbuh memelihara binatang, kuda poni dan sapi. Saya tidak tahu akan dapat menjadi seorang doktor suatu saat dalam hidup saya,” kata Ahmad Munjizun dalam pidato kelulusan yang disampaikan dalam bahasa Inggris.
Menurut sang ayah, anaknya yang satu ini memang pintar sedari kecil. “Di sangat ahli matematika,” ungkap TGH M Hijazi Umar.
Sayangnya, sambung dia, anaknya pernah tidak lolos masuk jurusan matematika di Universitas Mataram (Unram). Padahal, seingat Hijazi umar, Jizun -panggilan akrab Ahmad Munjizun- saat itu juara kelas.
Di sisi lain, teman-teman kelasnya yang mengikuti tes yang sama dan berada di bawah rankingnya malah lolos di jurusan itu.
Tak patah arang, Jizun akhirnya lolos masuk Unram jurusan Peternakan Unram. “Allah mungkin tidak rida dia di jurusan matematika,” imbuh Hijazi Umar.
PKL di Australia
Saat menempuh S1 jurusan Peternakan, kepintaran Jizun sudah terlihat. Dia diterima praktik kerja lapangan (PKL) di Australia dan hanya butuh waktu 30 hari guna menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sana.
Pencapaian tersebut mengagetkan teman-temannya. Apalagi Jizun adalah mahasiswa yang pendiam.
“Dia PKL di Australia 2,5 bulan. Seusai pulang dari sana, Jizun banyak menerima undangan untuk mengisi banyak kegiatan, termasuk mahasiswa berprestasi pada 2012,” papar Hijazi Umar.
Menariknya, terungkap bahwa Ahmad Munjizun mampu menuntaskan skripsi S1-nya cuma dalam waktu sepekan atau satu minggu.
Meskipun pintar, ayahnya bertutur bahwa anak keempatnya ini adalah pendiam. Selain itu Jizun juga anak yang sabar dan penurut.
Dia bukan orang yang iri kepada orang lain. “Misalnya sewaktu kerja dengan adik atau kakaknya. Ketika ada yang malas memberi makan kuda, akhirnya dia sendiri yang lakukan. Dia tidak marah melakukan pekerjaan yang sebenarnya bukan kewajiban dia,” papar Hijazi Umar. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"