KONTEKS.CO.ID – Pasar ponsel Indonesia kembali lesu pada kuartal ketiga tahun 2022 (3Q22). International Data Corporation’s (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker mencatat ada penurunan 12,4% Year-on Year (YoY), dan 14,6% Quarter-on-Quarter (QoQ).
IDC menyebutkan, penjualan ponsel mencapai 8,1 juta unit. Pasar dinilai masih lemah pada 3Q22 akibat inflasi yang mencapai 5,95% YoY di bulan September setelah kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi.
Meningkatnya harga bahan bakar berdampak negatif pada daya beli masyarakat dan permintaan pasar. “Tekanan lebih besar dirasakan oleh segmen ultra-low-end (di bawah Rp1,6 juta) dan segmen low-end (Rp1,6 juta-Rp3,2 juta). Akibatnya, jumlah pangsa keduanya turun 75% dari 81% di 3Q21,” ujar Vanessa Aurelia, Associate Market Analyst, IDC Indonesia, dalam keterangan yang diterima KONTEKS.CO.ID, Rabu, 16 November 2022.
Sedangkan segmen mid-range (Rp3,2 juta<6,4 juta) terlihat tetap stabil. Sebaliknya, penguatan signifikan terlihat pada segmen di atas Rp6,4 juta, di mana permintaan di segmen ini relatif tidak elastis dibandingkan dengan segmen harga yang lebih rendah.
“Para vendor merilis produk mereka secara strategis, serta menawarkan berbagai diskon dan cashback untuk mendorong permintaan,” papar Vanessa Aurelia.
Di tengah perjuangan dunia melawan inflasi yang meroket, pergerakan kurs yang bergejolak, serta kenaikan suku bunga, pasar ponsel Indonesia diperkirakan akan terus mengalami tekanan. Oleh karena itu, pengiriman smartphone secara keseluruhan di tahun 2022 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"