KONTEKS.CO.ID – Pesawat bermesin ganda ATR 72 yang dioperasikan oleh Yeti Airlines Nepal jatuh saat sedang dalam perjalanan dari Ibu Kota Kathmandu ke Pokhara, Minggu, 15 Januari 2022.
Akibatnya, 16 orang dinyatakan tewas. Pokhara, tujuan pesawat ini adalah kawasan wisata yang ramai dengan jarak sekitar 200 km di barat Kathmandu.
Kantor Berita Reuters melaporkan, ada 72 orang di pesawat bermesin ganda ATR 72 milik Yeti Airlines Nepal. Termasuk dua bayi, empat awak pesawat dan 10 warga negara asing.
“Kami perkirakan akan menemukan lebih banyak jasad,” ungkap Juru Bicara Militer Krishna Bhandari kepada Reuters, Minggu, 15 Januari 2023.
Televisi lokal menunjukkan asap hitam tebal mengepul dari lokasi kecelakaan saat petugas penyelamat dan kerumunan orang berkumpul di sekitar reruntuhan pesawat.
“Relawan sudah sampai di sana dan mencoba memadamkan api. Semua lembaga sekarang fokus untuk memadamkan api terlebih dahulu dan menyelamatkan para penumpang,” kata pejabat setempat, Gurudutta Dhakal.
“Pesawat melakukan kontak dengan bandara dari Seti Gorge pada pukul 10.50 waktu setempat, kata otoritas penerbangan dalam sebuah pernyataan. “Kemudian jatuh.”
“Separuh pesawat berada di lereng bukit,” sebut Arun Tamu, warga setempat, kepada Reuters.
Dia mengaku dia tiba di lokasi beberapa menit setelah pesawat jatuh. “Separuh lainnya telah jatuh ke ngarai Sungai Seti,” imbuhnya.
Berbicara kepada Al Jazeera di Kathmandu, Ramyata Limbu mengatakan, penduduk setempat di Pokhara menegaskan cuaca dan jarak pandang “baik” ketika pesawat jatuh.
“Jadi itu (kecelakaan) mengejutkan dan mengejutkan,” ucap Limbu. “Para saksi mata mengatakan pesawat mengalami masalah sebelum jatuh ke ngarai dekat bandara.”
Perdana Menteri Nepal, Pushpa Kamal Dahal, telah mengadakan rapat kabinet darurat setelah kecelakaan pesawat.
“Saya sangat sedih dengan kecelakaan menyedihkan dan tragis Yeti Airlines ANC ATR 72 yang terbang dari Kathmandu ke Pokhara dengan penumpang,” tulisnya di Twitter.
“Saya dengan tulus memohon kepada personel keamanan, semua lembaga pemerintah Nepal, dan masyarakat umum untuk memulai penyelamatan yang efektif,” harapnya.
Kecelakaan itu adalah yang paling mematikan di Nepal sejak Maret 2018, ketika penerbangan turboprop US-Bangla Dash 8 dari Dhaka jatuh saat mendarat di Kathmandu. Kecelekaan menewaskan 51 dari 71 orang di dalamnya, menurut Aviation Safety Network.
Pada bulan Mei, sebuah pesawat milik Tara Air jatuh kurang dari 20 menit setelah lepas landas dari Pokhara.
Sedikitnya 309 orang telah meninggal sejak tahun 2000 dalam kecelakaan pesawat atau helikopter di Nepal –rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest – di mana cuaca dapat berubah tiba-tiba dan menimbulkan kondisi berbahaya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"