• Senin, 22 Desember 2025

Deretan Puisi Wiji Thukul Terpopuler Sepanjang Masa

Photo Author
- Kamis, 5 Januari 2023 | 22:33 WIB
Deretan puisi Wiji Thukul terpopuler sepanjang masa. (Foto: YouTube)
Deretan puisi Wiji Thukul terpopuler sepanjang masa. (Foto: YouTube)

KONTEKS.CO.ID - Dyah Sujirah atau lebih dikenal dengan sebutan Mbak Sipon istri dari aktivis HAM yang juga seorang penyair Wiji Thukul telah meninggal dunia pada Kamis, 5 Januari 2023.

Mbak Sipon meninggal dunia setelah sebelumnya menjalani perawatan di rumah sakit Hermina Solo karena mengalami sakit gula.

Suami Mbak Sipon yakni Wiji Thukul dikenal sebagai aktivis yang sangat vokal dalam melawan penindasan di era orde baru.

Wiji Thukul menyuarakan perlawanannya melalui karya puisi-puisinya yang begitu tajam dan mampu membakar semangat perlawanan.

Berikut ini adalah deretan puisi Wiji Thukul yang paling dikenal sepanjang masa:

1. Peringatan


Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gasat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

2. Bunga dan Tembok


Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun jalan raya dan pagar besi

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!

Dalam keyakinan kami
Di manapun - tirani harus tumbang!

3. Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu


Apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong

Di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah
tapi, tapi, tapi, tapi
dengan harga murah

Apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli

Apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

4. Istirahatlah Kata Kata


Istirahatlah kata-kata

Jangan menyembur-nyembur

Orang-orang bisu

Kembalilah ke dalam rahim

Segala tangis dan kebusukan

Dalam sunyi yang meringis

Tempat orang-orang mengingkari

Menahan ucapannya sendiri

Tidurlah, kata-kata

Kita bangkit nanti

Menghimpun tuntutan-tuntutan

Yang miskin papa dan dihancurkan

Nanti kita akan mengucapkan

Bersama tindakan

Bikin perhitungan

Tak bisa lagi ditahan-tahan

5. Pesan Sang Ibu


Tatkala aku menyarungkan pedang
Dan bersimpuh di atas pangkuannya
Tertumpah rasa kerinduanku pada sang ibu

Tangannya yang halus mulus
Membelai kepalaku...
Tergetarlah seluruh jiwa ragaku
Musnahlah seluruh api semangat juangku

Namun sang ibu berkata...
Anakku sayang, apabila kaki sudah melangkah
Di tengah padang...
Tancapkanlah kakimu dalam-dalam

Dan tetaplah terus bergumam
Sebab, gumam adalah mantra dari dewa-dewa
Gumam mengandung ribuan makna
Apabila, gumam sudah menyatu dengan jiwa raga
Maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan
Yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar
Yang nantinya akan mampu merobohkan istana yang penuh kepalsuan
Gedung-gedung yang dihuni kaum munafik

Tatanan negeri ini sudah hancur, Anakku...
Dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini
Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca
Tapi, membiarkan punggungnya penuh noda
Dan penuh lendir hitam yang baunya kemana-mana

Mereka selalu menyemprot kemaluannya
Dengan parfum luar negeri
Di luar berbau wangi, didalam penuh dengan bakteri

Dan hebatnya...
Sang penguasa negeri ini, pandai bermain akrobatik
Tubuhnya mampu dilipat-lipat
Yang akhirnya pantat dan kemaluannya sendiri
Mampu dijilat-jilat...

Anakku... apabila pedang sudah kau cabut
Janganlah surut, janganlah bicara soal menang dan kalah
Sebab, menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi
Mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan
Keinginan hanyalah sebuah khayalan
Yang hanya akan melahirkan, harta dan kekuasaan
Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun
Yang terbang di udara.

Anakku, asahlah pedang
Ajaklah mereka bertarung di tengah padang
Lalu... tusukkan pedangmu di tengah-tengah selangkangan mereka
Biarkan darah tertumpah di negeri ini...
Satukan gumammu menjadi revolusi.

Itulah 5 puisi karya Wiji Thukul yang paling dikenal sepanjang masa. Masih banyak lagi puisi-pusi populer karya Wiji Thukul lainnya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Gilang Kencana

Tags

Terkini

X