KONTEKS.CO.ID – Oppenheimer mulai ditayangkan di Indonesia pada tanggal 19 Juli 2023 dan meraih pendapatan sebesar Rp 17,1 Miliar pada pekan awal penayangannya.
Dikutip dari Box Office Mojo, Oppenheimer bahkan menjadi film Hollywood terlaris di Indonesia pada saat itu.
Tak tanggung-tanggung, film ini disutradarai oleh Christoper Nolan yang telah sukses dengan film-film sebelumnya seperti The Dark Night Trilogy, Interstellar, dan lainnya.
Seperti yang diketahui, Oppenheimer menceritakan kisah nyata sejarah dunia. Dan Julius Robert Oppenheimer atau yang dikenal sebagai “Bapak Bom Atom”.
Oppenheimer lahir di Kota New York dari keluarga imigran Yahudi Jerman.
Julius Robert Oppenheimer
Dikutip dari berbagai sumber, Julius Robert meraih gelar Sarjana Kimia dari Universitas Harvard pada tahun 1925 dan meraih gelar PhDfisika dari Universitas Göttingen, Jerman pada tahun 1927.
Ia bergabung dengan departemen fisika di Universitas California, Berkeley dan menjadi profesor tetap pada tahun 1936, setelah melakukan banyak penelitian.
Ia memberikan kontribusi besar dalam bidang fisika teori, termasuk pemikirannya tentang mekanika kuantum dan fisika nuklir.
Seperti perkiraan Born-Oppenheimer mengenai fungsi gelombang molekul, penelitiannya tentang teori elektron dan positron.
Lalu proses Oppenheimer-Phillips dalam fusi nuklir, dan prediksi pertama tentang penerowongan kuantum.
Tahun 1942 Oppenheimer direkrut untuk bergabung dengan Proyek Manhattan.
Dan tahun 1943 ia menjadi kepala Laboratorium Los Alamos di New Mexico untuk mengembangkan senjata nuklir pertama, yang dimulai empat tahun setelah program senjata nuklir Jerman dimulai.
Kepemimpinannya dan kecerdasan ilmiahnya berperan besar dalam kesuksesan proyek tersebut.
Pada tanggal 16 Juli 1945, ia menyaksikan uji coba pertama bom atom, Trinity.
Pada bulan Agustus 1945, senjata tersebut digunakan untuk menggempur Jepang dalam pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Hingga saat ini menjadi satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam konflik bersenjata.
Penasihat Komisi Energi Atom
Tahun 1947, Oppenheimer menjadi direktur Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey dan menjadi memimpin Komite Penasihat Umum di Komisi Energi Atom Amerika Serikat.
Ia menyarankan agar penggunaan tenaga nuklir diawasi secara internasional, untuk mencegah penyebaran nuklir secara sembarangan dan perlombaan senjata nuklir dengan Uni Soviet.
Ia juga menentang pengembangan bom hidrogen di tahun 1949-1950.
Dalam perdebatan pemerintah AS mengenai penggunaan senjata tersebut, ia mendapatkan posisi berpengaruh di pemerintahan dan memicu kemarahan faksi pemerintah dan militer di AS.
Karena keterlibatan Oppenheimer di masa lalu dengan organisasi yang terkait dengan Partai Komunis Amerika Serikat, izin keamanan Oppenheimer dicabut pada tahun 1954.
Maka dari itu, akses Oppenheimer terhadap informasi rahasia pemerintah dibatasi serta mengakhiri kariernya sebagai fisikawan nuklir.
Meskipun pengaruh politiknya dikurangi, Oppenheimer terus mengisi kuliah, menulis, dan berkontribusi dalam bidang fisika.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"