KONTEKS.CO.ID – Menjelang Reshuffle kabinet, ekonom senior Rizal Ramli pertanyakan kinerja Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang hanya bisa utang yang berbunga tinggi.
Bahkan tidak hanya memupuk utang yang akhirnya seperti gali lubang tutup jurang, Sri Mulyani kerap mengeluarkan kebijakan yang tidak pro dengan rakyat. Mulai dari menaikkan harga kebutuhan sampai memungut pajak kepada rakyat.
Berdasarkan data terbaru, utang Indonesia hampir Rp8.000 triliun pada akhir 2022. Menurut Rizal Ramli, bahwa Pemerintah memang selalu bergantung pada utang.
“Ya memang Pemerintah Jokowi ini doyanya tuh ngutang. Jadi sangat berambisius mau membikin proyek ini, proyek itu, tidak pernah dipikirkan pembiayaannya bagaimana, sudah tempat waktunya apa belum, tapi pokonya geber ajah,” kata Rijal Rami dalam wancara dengan pantau.com, Selasa, 31 Januari 2023.
Menurut Rizal Ramli, bahwa kebanyakan pembiayaan dari proyek-proyek pemerintah hampir seluruhnya dibiaya dari hasil utang. Karena itu, tidak aneh bila akhir 2022, utang Indonesia mencapai Rp8.000 triliun.
Kata Rizal Ramli, utang sebenarnya tidak ada masalah selama bisa dibayar. Tapi yang terjadi, Pemerintah Indonesia meski bayar bunga dari utang sampai Rp450 triliun. Sementara cicilan pokoknya Rp400 triliun.
“Untuk banyar bunganya saja nggak sanggup. Meski utang lagi, utang lagi. Ini bukan lagi gali lubang tutup lubang, tapi gali lubang tutup jurang. Bagaimana bisa utang lagi, yah tingkat bunga harus dinaikkan dong. Sehingga orang yang punya uang beli surat utang negara, (SUN),” katanya.
Menurut Rizal Ramli, bunga deposito hari ini hanya 3 persen, tapi bunga SUN sampai 6,5 persen, atau mencapai 2,5 kali lipat. Jadi mereka yang memiliki uang, lembaga keungan, atau orang kaya akan memilih untuk membeli SUN.
“Dijamin berapun nilainya. Karena kalau tabungan yang dijamin hanya 2 miliar. Tapi kalau SUN tidak ada batasnya,” katanya.
Kemudian menurut Rizal Ramli, terjadilah penyedotan. Dana masyarakat, dana lembaga keuangan, dan orang-orang kaya, tersedot untuk beli SUN. Ini yang menjadi indikasi bahwa uang di kalangan bawah atau rakyat susah sekali.
Terkait dengan jumlah utang yang sangat besar itu, menurut Rizal Ramli bukan karena Presiden Jokowi berani, tapi justru karena Jokowi tidak mengerti.
“Di Indonesia dan seluruh dunia, jarang presiden yang mengerti masalah teknis, apalagi masalah ekonomi dan keuangan. Itu lazim sekali. Tapi menteri-menteri yang bertanggung jawab tidak pernah mau mengibuli Presidennya,” katanya.
Rizal Ramli mencontohkan, pada zaman Soeharto, bahwa menteri tidak pernah membohongi Presiden. Seperti Profesor Widjojo Nitisastro, Profesor Ali Wardhana, yang tidak pernah membohongi Presiden Soeharto.
Selalu menjelaskan situasi yang sesungguhnya. Salin itu juga berani menyampaikan agar Presiden Soeharto menunggu rencana-rencana pembangunan, sampai waktu yang tepat.
“Menteri ekonomi yang baik itu, yang bicara yang benar, faktual dan apa adanya kepada Presiden. Menteri-menteri ini menerjemahkan apa maunya Presiden. Misalnya waktu itu Pak Harto ingin rakyat maju, petani untung, nah bagaimana caranya, itu menteri ekonomi yang rancang,” katanya.
Rizal Ramli juga mencontohkan saat negara mendapat keuntungan besar dari kenaikan minyak bumi dan gas saat zaman Soeharto. Maka menteri kemudian mengusulkan untuk merancang pembangunan SD Inpres, Puskesmas, Inpres Pasar.
“Tapi hari ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani kerjanya itu kasih angin surga terus sama Jokowi. Tidak ada masalah, kita baik-baik saja, sudah tahu Presidennya tidak ngerti, dikibulin terus. Seolah-olah nggak ada masalah. Makanya pengeluaran nggak ada remnya. Jor-joran,” katanya.
Padahal menurut Rizal Ramli, tugas menteri keuangan itu harusnya mengingatkan Presiden. “Pak Presiden jangan dulu, skalanya kecilin deh, ibu kota negara jangan dulu, belum prioritas, rakyat lagi susah. Tugas menteri keuangan itu ngejelasin, supaya Presiden nggak salah langkah. Tapi Sri Mulyani kasih angin surga terus. Makanya Jokwi gass terus. Proyek ini, proyek itu dan sebaginya,” kata Rizal Ramli.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"