KONTEKS.CO.ID – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap sejumlah faktor pengganjal pertumbuhan industri.
Di antaranya, kenaikan inflasi, kebijakan lockdown akibat pandemi, situasi geopolitik Rusia-Ukraina, dinamika ekonomi global, penurunan harga komoditas, penurunan volume ekspor, juga kelangkaan bahan baku merupakan faktor-faktor yang berdampak pada kondisi sektor industri.
“Agar dapat mengimbangi kecepatan dinamika dan tantangan ekonomi global, Kemenperin berupaya mendapatkan informasi akurat, lengkap dan terkini terhadap kondisi sektor industri pengolahan, salah satunya melalui pembangunan Indeks Kepercayaan Industri,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Dody Widodo, pada Kick-off dan Bimbingan Teknis Pengisian Kuisioner Indeks kepercayaan Industri di Bandung, Jawa Barat, Senin, 7 November 2022.
Indeks Kepercayaan Industri atau IKI merupakan indeks yang akan dibangun dan dirilis oleh Kemenperin pada akhir November mendatang. IKI merupakan indikator derajat keyakinan atau tingkat optimisme industri manufaktur terhadap kondisi perekonomian.
Plus sebagai gambaran kondisi industri pengolahan dan prospek kondisi bisnis enam bulan ke depan di Indonesia. “Kemenperin menargetkan IKI dapat digunakan untuk mendiagnosa permasalahan sektor industri serta penyelesaiannya secara cepat dan tepat,” ucap Dody.
IKI juga bisa membantu antisipasi kerugian yang lebih besar apabila terjadi permasalahan pada industri dan menggambarkan iklim usaha industri untuk dapat mengetahui prospek bisnis periode mendatang pada sektor industri di Indonesia.
Dia menuturkan, sudah ada beberapa indeks serupa yang menunjukkan kondisi sektor manufaktur, seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang dirilis oleh S&P Global dan Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI BI). Namun laporan IKI akan lebih menekankan pada responden yang jumlahnya lebih besar dan mewakili semua skala usaha subsektor industri.
“Beberapa keunggulan IKI adalah sifatnya yang ‘terpercaya’ karena scientifically sounds, terverifikasi sistem dan divalidasi. Kemudian ‘terkini’ atau dirilis pada bulan atau periode yang sama. Juga ‘terlengkap’ dengan menyajikan IKI dan analisisnya yang berasal dari pelaporan seluruh perusahaan industri di Indonesia. Terakhir IKI merupakan yang ‘terdetail’ dengan menyajikan data dari 23 jenis subsektor industri berdasarkan KBLI 2 Digit,” terangnya.
IKI, lanjut dia, merupakan indeks perspektif yang dihitung berdasarkan tiga variabel yaitu Pesanan, Produksi, dan Persediaan. Indeks yang bernilai lebih dari 50 akan menunjukkan kondisi industri yang ekspansif/optimis, sebaliknya indeks yang kurang dari 50 akan menunjukkan kondisi industri yang mengalami kontraksi.
Sementara, Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian Wulan Aprilianti Permatasari menjelaskan, rangkaian kegiatan Pembangunan Indeks Kepercayaan Industri meliputi kick off meeting pada ini yang diadakan secara hybrid.
Kemudian Bimbingan Teknis Pengisian Kuesioner Indeks Kepercayaan Industri (IKI) keesokan harinya, Selasa, 8 November 2022 secara offline. “Kick off meeting ini ditujukan untuk menyosialisasikan Indeks Kepercayaan Industri kepada khalayak umum,” jelasnya.
Sedangkan, Bimbingan Teknis Pengisian Kuesioner Indeks Kepercayaan Industri (IKI) ditujukan selain untuk menyosialisasikan IKI juga mensosialisasikan tatacara pengisiannya khususnya kepada perusahaan industri di wilayah Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
“Selanjutnya, setelah pelaporan selesai, Kemenperin akan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) perhitungan nilai IKI dan peluncuran IKI pada akhir November 2022,” pungkasnya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"