KONTEKS.CO.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor minyak dan gas bumi (migas) Indonesia selama Januari-Maret 2024 mencapai USD9 miliar atau sekitar Rp145,8 triliun.
Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 8,13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD8,33 miliar.
Impor migas selama kuartal pertama tahun ini terdiri atas impor minyak mentah sebesar USD2,4 miliar dan impor hasil minyak sebesar USD6,6 miliar.
Data BPS juga mengungkapkan impor migas ini mencapai 16,4% dari total impor Indonesia selama Januari-Maret 2024, yang mencapai USD54,89 miliar atau sekitar Rp889 triliun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menjelaskan mayoritas impor BBM Indonesia berasal dari Singapura, Malaysia, dan India.
“Sementara impor minyak mentah berasal dari Arab Saudi dan negara-negara Afrika seperti Nigeria,” katanya, dikutip Selasa, 23 April 2024.
Dia menekankan pentingnya mengantisipasi sumber pasokan minyak dari berbagai negara, mengingat geopolitik yang serius.
“Kalau dulu kan Rusia di banned tetap aja mengambil. Jadi ini memang geopolitik ini serius,” kata Arifin di Kantor Ditjen Migas.
Dia juga mengungkapkan produksi minyak dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar 1,44 juta barel per hari (bph).
Produksi nasional rata-rata hanya sekitar 600.000 bph. Untuk memenuhi kekurangan tersebut, Indonesia mengimpor minyak dari berbagai negara dengan total 840.000 bph.
Impor terdiri atas BBM sebesar 600.000 bph dan minyak mentah sebesar 240.000 bph.
Data BPS menunjukkan, impor minyak RI terbesar pada 2022 berasal dari Singapura, lalu Malaysia dan Arab Saudi.
Secara keseluruhan, Indonesia mengimpor minyak bumi pada 2022 mencapai 47,74 juta ton atau USD40,41 miliar.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"