KONTEKS.CO.ID – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan proyeksi kebutuhan penukaran uang tunai untuk Hari Raya Idulfitri tahun ini meningkat sebesar Rp8,8 triliun. Totalnya kini mencapai Rp197,6 triliun.
Angka ini mengalami kenaikan sebesar 4,65 persen dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp188,8 triliun.
“Proyeksi kebutuhan Ramadan dan Idulfitri (RAFI) 2024 sebesar Rp197,6 triliun atau meningkat 4,65% (yoy) dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 188,8 triliun,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim, dalam paparan di Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri.
Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan, kebutuhan penukaran uang tunai untuk perayaan Lebaran di Jawa merupakan yang tertinggi. Angka itu mencapai 60,7 persen atau setara dengan Rp119,9 triliun.
Jumlah tersebut naik 3,81 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp115,4 triliun.
Sementara itu, di luar Jawa, kebutuhan penukaran uang tunai juga mengalami peningkatan.
Misalnya di Sumatra, proyeksi kebutuhan penukaran uang tunai kemungkinan naik sebesar 8,2 persen menjadi Rp39,8 triliun. Tahun sebelumnya, kebutuhan penukaran uang tunai mencapai Rp36,8 triliun.
Di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), kebutuhan penukaran uang naik sebesar 0,8 persen menjadi Rp16,1 triliun dari Rp16 triliun pada tahun sebelumnya.
Kenaikan signifikan juga terjadi di Kalimantan. Proyeksi kebutuhan penukaran uang tunai meningkat sebesar 9 persen menjadi Rp14,1 triliun. Tahun lalu penukaran kebutuhan uang tunai mencapai Rp13 triliun.
Namun, di Bali dan Nusa Tenggara, justru terjadi penurunan kebutuhan penukaran uang tunai sebesar 0,6 persen menjadi Rp7,7 triliun. Padahal tahun sebelumnya mencapai Rp7,8 triliun.
Realisasi Penukaran Uang Tunai
Marlison menambahkan, hingga 2 April 2024, realisasi penukaran uang tunai jelang lebaran mencapai Rp123,72 triliun atau 62,62 persen.
Detailnya, di Jawa mencapai Rp 45,30 triliun atau 36,6 persen. Jabodetabek mencapai Rp38,44 triliun atau 31,07 persen.
Sumatra Rp21,13 triliun atau 17,08; Kalimantan Rp7,67 triliun atau 6,20 persen; Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) Rp7,77 triliun atau 6,28 persen, Bali Nusra Rp3,42 triliun atau 2,76 persen.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"