KONTEKS.CO.ID – Samarinda, sebagai salah satu kota penyangga IKN dan bagian dari superhub Kalimantan Timur, mengalami inflasi 2,61 persen pada pekan kedua dan ketiga Februari 2024.
Angka inflasi pada salah satu kota penyangga IKN ini masih terhitung rendah jika berkaca pada Kaltim sebagai provinsi yan mencapai 2,95 persen. Namun angka inflasi itu lebih tinggi ketimbang inflasi nasional yang berada di angka 2,57 persen.
Beberapa faktor yang mengerek inflasi di Samarinda adalah kenaikan harga komoditas seperti beras, gula pasir, dan minyak goreng.
Menurut Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Samarinda, Sam Saimun, kenaikan harga komoditas tidak hanya terjadi di Samarinda sebagai kota penyangga IKN, melainkan secara nasional.
Selain kenaikan beberapa harga komoditas, kemungkinan terjadi penumpukan atau distribusi antarpulau yang tidak lancar. “Gagal panen di beberapa provinsi penyedia juga bisa menjadi salah satu alasan utama,” sebutnya pada Rabu, 21 Februarti 2024.
Namun Sam memastikan pihaknya bersama TPID Kota Samarinda akan terus memantau pergerakan harga-harga tersebut.
“Terlebih, tak lama lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan. Kita harus siap untuk pengendalian Inflasi, terutama pada bahan pokok dengan melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, dan Badan Usaha Logistik (Bulog) untuk melakukan pemantauan secara kontinyu,” ujar Sam.
Fokus Tekan Inflasi
Sebelumnya, Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendagri Tomsi Tohir berharap seluruh stakeholder terkait selalu fokus pada pengendalian Inflasi.
Senada, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Kemendagri Pudji Ismartini mengatakan, secara umum kabupaten/kota pada minggu ke-3 di Februari ini cenderung mengalami kenaikan Indeks Perkembangan Harga (IPH).
Pudji merinci, kenaikan IPH di Pulau Jawa mencapai 70,03 persen. Tasikmalaya menjadi kabupaten dengan IPH terbesar secara nasional mencapai 5,13 persen.
Di wilayah Sumatera, kenaikan harga tertinggi terjadi di Ogan Komering Ulu Selatan dengan nilai IPH 4,28 persen. Sedangkan untuk wilayah luar Pulau Jawa, kenaikan harga tertinggi ada pada Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dengan IPH 4,46 persen.
Pudji menegaskan, komoditas penyumbang terbesar inflasi adalah cabai merah, beras, dan daging ayam ras.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"