KONTEKS.CO.ID – Jusuf Kalla (JK) mengecam kebijakan hilirisasi yang digaung-gaungkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, medoel pelaksanaan hilirisasi saat ini sama persis dengan yang VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) lakukan pada masa penjajahan Belanda dahulu.
Sebenarnya, mantan Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 itu setuju bahwa hilirisasi memang perlu sebagai bagian dari proses industrialisasi.
Namun yang menjadi masalah saat ini, praktik hilirisasi yang pemerintahan Jokowi lakukan tidak ideal.
Menurutnya praktik hilirisasi yang terjadi saat ini tidak lebih hanya akan membawa Indonesia kembali ke masa penjajahan Belanda.
Kongsi dagang VOC mengeksploitasi sumber daya alam dan rakyat Indonesia dan terlalu melibatkan pihak asing.
“Orang asing menggali kekayaan, dengan (upah) buruh yang murah. Semua keuntungannya lari keluar, tidak ke dalam negeri. Itu memiskinkan rakyat,” kata JK, dikutip Kamis, 8 Februari 2024.
JK juga sependapat dengan Menteri ESDM mengenai cadangan nikel Indonesia akan habis dalam 15 tahun ke depan.
Menurutnya, prediksi tersebut wajar, karena cadangan nikel sudah banyak terekspliotasi dengan cara yang tidak menguntungkan negara.
“Lho iya dihabiskan. Diambil sekarang, bagaimana masa depan? Bagaimana generasi Anda? Dan itu betul, sistem itu sangat merugikan. Sangat!” tegas JK.
Dalam komentarnya, JK juga menyoroti angka kemiskinan di daerah hilirisasi semakin bertambah.
“Ternyata di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dari tahun ke tahun, rakyat makin miskin. Lihat data statistik. Bukan tambah kaya, tambah miskin. Negara hanya dapat sedikit. Semuanya lari ke China. Persis zaman VOC,”
Hilirisasi perlu, namun menurut JK, sekarang belum saatnya Indonesia menerapkannya.
Tanggapan ini JK berikan sebagai bentuk kritik kepeduliannya akan arah ekonomi Indonesia di masa mendatang.
(Penulis: Al Gregory RP Radjah – Jurnalis Magang)***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"