KONTEKS.CO.ID – Kerugian berulang Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membuat kemampuannya dalam melanjutkan bisnisnya dipertanyakan. Berdasarkan laporan keuangan semester I 2022 yang diaudit dan dilihat pada laman Bursa Efek Indonesia Jumat 7 Oktober 2022, disebutkan laba bersih mencapai USD3,761 miliar. Hal ini lebih baik jika dibandingkan semester I 2021 dimana rugi bersihnya mencapai USD902 juta.
Pencatatan ini memangkas defisit 51,3 persen dibandingkan akhir tahun 2021 menjadi USD3,655 miliar. Lainnya seperti pendapatan usaha tumbuh 26,1 persen menjadi USD878,69 juta yang ditopang penerbangan berjadwal sebesar 21,7 persen menjadi USD677,28 juta. Sedangkan penerbangan tidak terjadwal naik 112 persen menjadi USD87,572 juta. Beban usaha berkurang 11,7 persen menjadi USD1,28 miliar. Hasilnya perusahaan plat merah ini masih membukukan rugi usaha senilai USD340 juta.
Namun perseroan mencatatkan pendapatan lain-lain bersih senilai USD281 juta, atau membaik dibanding semester I 2021 yang tercatat beban senilai USD5,721 juta. Bahkan, perseroan membukukan pendapatan restrukturisasi utang senilai USD2,854 miliar. Pos ini nihil pada semester 1 2021. Dalam penjelasannya, perseroan menerangkan, Proses PKPU dimulai pada tanggal 9 Desember 2021 dan berakhir dengan keputusan Homologasi tertanggal 27 Juni 2022.
Ditambah keutungan restrukturisasi pembayaran senilai USD1,336 miliar yang berasal dari Keuntungan dari restrukturisasi pembayaran untuk pinjaman efek beragun aset berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang EBA tanggal 13 Juni 2022.
Dan dari hasil perdamaian dengan kreditur, GIAA berhak membukukan laba usaha senilai USD4,003 miliar.
Berdasarkan hasil audit akuntan publik, Irhoan Tanudiredja selaku akuntan publik pemeriksa laporan GIAA menerangkan total kewajiban lancar telah melampaui aset lancar sebesar USD1,772 miliar dan kerugian berulang. Hal ini membuat kelangsungan usaha Garuda Indonesia dipertanyakan.
“Hal-hal tersebut mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian yang material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan GIAA untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Irhoan. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"