KONTEKS.CO.ID – Pemerintah akan memberikan gelar Pahlawan Nasional pada lima putra terbaik bangsa Indonesia atas jasa-jasanya pada 7 November 2022. Salah satu penerima gelar tersebut adalah Dr. dr. HR Soeharto dari Jawa Tengah.
Dari berbagai literasi diketahui, Dr. dr. HR Soeharto lahir di Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten, Hindia Belanda, sekarang Jawa Tengah pada 24 Desember 1908. Beliau wafat di Jakarta pada 30 November 2000 di usia 91 tahun.
Soeharto pernah menjadi dokter pribadi Presiden Soekarno hingga Wakil Presiden Mohammad Hatta. Ia merupakan lulusan Fakultas Medica Bataviensis, Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (STK); gelar Arts (dokter), tanggal 25 Mei 1935.
Tak lama setelah lulus sekolah tinggi kedokteran, Soeharto menjalankan praktik kedokteran keluarga (huisarts), serta mendirikan dan mengelola klinik bersalin kecil di Kramat 128 paviliun. Kegiatan tersebut berjalan pada 1937-1942.
Dari tahun 1942-1945 Soeharto menjadi dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta. Dia pernah ditunjuk Bung Karno untuk memimpin bagian Kesehatan Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), di bawah pimpinan Empat Serangkai, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mansyur.
Pada saat menjadi dokter pribadi Presiden, Dr dr Hr Soeharto diminta menemani Bung Karno melamar Rahmi untuk menjadi Istri Mohammad Hatta atau sering disapa Bung Hatta. Hatta sebelumnya mempunyai sumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka.
Setelah Indonesia merdeka, Hatta akhirnya menentukan gadis pilihannya. “Waktu saya bertanya kepada Hatta, gadis mana yang dia pilih, jawabnya: ‘Gadis yang kita jumpai waktu kita berkunjung ke Instituut Pasteur, yang duduk di kamar sana, yang begini, yang begitu, tapi saya belum tahu namanya,” ujar Bung Karno kepada R. Soeharto, dikutip Saksi Sejarah.
“Setelah saya selidiki ternyata gadis pilihan Hatta itu Rahmi, putri keluarga Rachim.”
Di tengah malam, ditemani R. Soeharto, Bung Karno mendatangi rumah keluarga Rachim dan melamar Rahmi untuk Hatta.
Pada 18 November 1945, Hatta menikahi Rahmi di sebuah villa di Megamendung, Bogor. Sebagai mas kawin, Hatta memberikan buku yang ditulisnya saat dibuang di Digul pada 1934, Alam Pikiran Yunani.
Selain itu, Soeharto oleh Bung Hatta ditunjuk sebagai Kepala Kantor Penasehat Gunseikanbu, untuk ditugaskan memberikan pelayanan kesehatan kepada para calon pegawai dan pegawai Pangreh Praja se-Jawa yang sedang dilatih di Jakarta. Selain itu ia memberikan pelayanan kesehatan kepada para abang becak di Jakarta.
Sebagai dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta, ia mengikuti hampir semua kegiatan dan perjalanan kedua proklamator. Hingga akhirnya pada akhir Agustus 1945, ia dilantik sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), lalu menjadikan Ketua di lembaga ini.
Pada 1946-1948 ia ikut dalam rombongan Presiden hijrah ke Yogyakarta.
Tahun 1950-1959 dengan SK Menteri Pertahanan Ir. Djuanda, ia diangkat menjadi anggota Staf Front Pembebasan Irian Barat, dengan pangkat Kolonel kehormatan (16 Agustus 1958). Pangkat ini kemudian ditingkatkan menjadi Brigjen TNI-AD, dengan SK Presiden No.137/M/1961, tanggal 14 Maret 1961, dan Mayjen Kehormatan TNI-AD, dengan SK Presiden No.144/AB-AD tahun 1964, tanggal 7 Agustus 1964, dan dilantik oleh Jenderal A. Yani pada 18 Agustus 1964.
Dari rentang waktu Juli 1959 – Oktober 1966,Dr dr Soeharto menduduki berbagai jabatan strategis. Seperti Menteri Muda/Menteri Perindustrian Rakyat, 13 Juli 1959-5 Maret 1962. Selanjutnya Menteri Perdagangan, 6 Maret 1962-13 November 1963. Lalu Menteri Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional merangkap Urusan Penerbitan Bank dan Modal Swasta, 13 November 1963-1 Agustus 1964.
Dia juga permah menjabat Menteri Koordinator Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional, 27 Agustus 1964-25 Juli 1966, dengan catatan: antara 24 Februari-27 Maret 1966 ditugaskan sebagai Menko Keuangan. Kemudian Anggota MPRS, 1962-1967, dengan No. 209 C.
Dr dr Soeharto ikut mendirikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 1950. Kemudian pada akhir tahun 1957 memprakarsai berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana dan menjadi Ketua Pengurus pertama.
Atas jasanya dari masa pra kemerdekaan hingga kemerdekaan, Dr dr HR Soeharto pernah mendapat berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri, hingga akhirnya negara memberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional pada 7 November 2022.
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"