KONTEKS.CO.ID – Bank Indonesia sedang mempertimbangkan redenominasi rupiah, yang akan membawa perubahan besar dalam transaksi dan kebiasaan masyarakat.
Redenominasi merupakan proses penyederhanaan nilai rupiah tanpa mengurangi nilai tukar atau daya belinya, dengan menggantikan tiga angka nol pada nominal uang.
Perubahan paling mencolok akan terlihat pada nilai nominal yang tertera di lembar uang kertas rupiah. Sebagai contoh, uang pecahan Rp100.000 akan berubah menjadi Rp100 dan Rp10.000 menjadi Rp10.
Begitu pula dengan uang pecahan Rp2.000 dan Rp1.000 yang akan berubah menjadi Rp2 dan Rp1.
Redenominasi ini sebenarnya sudah sering ditemui di coffee shop, cafe, atau restoran, di mana tiga nol diganti dengan huruf “K” atau “Kilo”. Huruf “K” atau kilo (chilioi dalam bahasa Yunani) menjadi simbol untuk kata “ribu”.
Selain itu, redenominasi ini juga berpotensi menghadirkan kembali uang pecahan sen. Uang pecahan sen adalah uang dengan nilai di bawah 1 rupiah.
Dalam sebuah kajian awal mengenai redenominasi, Damin Nasution, Gubernur Bank Indonesia pada era 2011, menyatakan bahwa dengan penghapusan tiga nol atau redenominasi, Indonesia akan kembali mengenal uang pecahan sen.
Sebagai contoh, uang yang saat ini bernilai Rp500 atau Rp200 atau Rp100 dapat menjadi 5 sen, 2 sen, dan 1 sen setelah redenominasi.
Perubahan tidak hanya terjadi pada nominal yang tertera di mata uang, tetapi juga nilai rupiah secara keseluruhan.
Misalnya, jika sebelumnya ingin membeli sepatu seharga Rp800.000, setelah redenominasi, harganya akan menjadi Rp800. Penting untuk diingat bahwa hanya nilai yang berubah, bukan nilai tukarnya.
Dalam kasus barang dengan nilai yang tidak genap, seperti Rp73.576, akan terjadi pembulatan. Nilai tersebut dapat menjadi Rp73,60 atau tujuh puluh tiga rupiah enam puluh sen.
Meskipun redenominasi rupiah akan membawa perubahan dalam kebiasaan bertransaksi, nilai tukar rupiah tetap setara dengan nilai sebelumnya.
Bank Indonesia akan terus mempelajari dan merumuskan langkah-langkah yang tepat untuk menerapkan redenominasi ini. Tentu dengan memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat dan perekonomian secara menyeluruh.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"