KONTEKS.CO.ID – Pakistan utang IMF. Pemerintah Pakistan telah mengajukan permohonan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk melepaskan pinjaman tahap USD1,1 miliar.
Pinjaman ini tertunda sejak November tahun lalu, karena program pinjaman USD6,5 miliar mendekati kedaluwarsa pada akhir Juni.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif bertemu dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Paris pada Kamis 22 Juni 2023. Dia mengatakan, negaranya telah menyelesaikan semua persyaratan yang diminta oleh pemberi pinjaman.
Sharif menambahkan, Pakistan berkomitmen penuh untuk memenuhi kewajibannya, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor perdana menteri.
Sharif, yang berada di Prancis untuk menghadiri KTT untuk Pakta Keuangan Global Baru, mengungkapkan harapannya bahwa dana tersebut akan dicairkan paling cepat.
“Dana ini akan membantu memperkuat upaya berkelanjutan Pakistan menuju stabilisasi ekonomi, dan memberikan bantuan kepada rakyatnya,” paparnya, disitat Al Jazeera, Kamis 22 Juni 2023.
Pakistan memasuki program IMF senilai USD6 miliar pada 2019, yang kemudian ditingkatkan lagi sebesar USD500 juta tahun lalu.
Pakistan menerima tahap USD1,17 miliar dari program tersebut pada Agustus 2022, sebagai bagian dari tinjauan ketujuh dan kedelapannya.
IMF mengirim delegasinya ke Pakistan untuk kunjungan 10 hari awal tahun ini untuk merundingkan syarat-syarat tinjauan kesembilan. Tetapi tahap itu tetap tidak terkirim dengan tanggal berakhirnya program yang ditetapkan pada 30 Juni.
Diambang Bangkrut
Pakistan pinjam IMF menghadapi situasi ekonomi yang mengerikan sekarang dengan berbagai tantangan yang meningkat. Sebab krisis neraca pembayaran, devaluasi mata uang, meroketnya inflasi, dan kewajiban utang besar-besaran yang jatuh tempo akhir tahun ini.
Hanya tersisa USD4 miliar cadangan mata uang asing di bank sentral, cukup untuk menutupi empat minggu impor. Sementara mata uangnya telah kehilangan lebih dari 50% nilainya terhadap dolar AS spanjang tahun lalu.
Menurut data Pemerintah Pakistan, inflasi telah mencapai hampir 38% dan IMF, dalam laporan prospek ekonomi globalnya, yang dirilis pada April, memperkirakan ekonomi negara Asia Selatan itu akan tumbuh hanya 0,5% tahun ini, turun dari enam persen pada 2022.
Pakistan juga mempresentasikan anggarannya pada awal Juni dengan pengeluaran USD50 miliar, menyebutnya sebagai anggaran yang “bertanggung jawab”. Tetapi pemberi pinjaman, dalam pernyataannya, mempertanyakan beberapa kebijakan dan menyebutnya sebagai “kesempatan yang terlewatkan”.
Data bank sentral Pakistan menunjukkan bahwa negara itu diperkirakan akan membayar lebih dari USD4 miliar pada akhir tahun ini saja. Sedangkan total USD77 miliar jatuh tempo pada 2026, menurut laporan baru-baru ini oleh Institut Perdamaian Amerika Serikat.
Negara ini juga terjebak dalam kekacauan politik pada tahun pemilu, yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Oktober, dengan parlemen menyelesaikan masa jabatannya pada bulan Agustus. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"