KONTEKS.CO.ID – Pasca tragedi Tiananmen 1989, Cina mengalami banyak perubahan struktur kekuasaan, walau pun semuanya terpusat di Partai Komunis Cina (PKC).
Lantas mengapa sekarang posisi Presiden, Sekretaris Umum, dan Pimpinan Militer Cina diisi oleh orang yang sama? Yakni Xi Jinping.
Jadi pada saat insiden Tiananmen 1989, terjadi konflik antara Pimpinan Komisi Militer, Sekretaris Umum, dan Presiden. Presiden dan Sekretaris Umum pada saat itu (dipegang oleh dua orang yang berbeda) ingin pemerintah Cina menuruti permintaan mahasiswa, sedangkan Pimpinan Komisi Militer Deng Xiaoping ngotot bahwa Cina dari segi apapun tidak siap untuk menerima tuntuntan mahasiswa.
Ini adalah titik terlemah dari Cina dalam 30 tahun terakhir, di mana terjadi perpecahan dalam pemerintah Cina sehingga menyebabkan ketidakstabilan. Demikian seperti ditulis di Quora dan Zenius.
Presiden pasca era Deng Xiaoping tidak ada yang berhasil mengonsolidasikan posisi presiden, Sekretaris Umum Partai, dan Pimpinan Komisi Militer ditangan satu orang dan posisi perdana menteri diangkat oleh orang ini untuk membantu mengelola pemerintahan. Hanya Xi Jinping lah yang berhasil mengonsolidasikan hal tersebut.
Tak heran jika media media barat sering menyebut Xi Jinping sebagai kaisar Cina di abad modern ini. Dengan sistem ekonomi persilangan sosialisme dan kapitalisme, Cina berhasil menjadi kekuatan dunia yang siap berhadapan dengan Amerika Serikat yang saat ini menjadi sentrum kekuatan dunia yang unipolar. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"