KONTEKS.CO.ID – Gencarnya rumor di sosial media terkait pencopotan posisi Xi Jinping dari jabatan ketua Komisi Militer Pusat Partai Komunis Cina (PKC) terbukti tidak benar. Cina terbilang negara yang memiliki sistem kenegaraan yang unik. Presiden dan perdana menteri ternyata bukanlah pemegang kekuasaan terbesar.
Di era pemimpin Deng Xiaoping, Cina alami reformasi ekonomi besar besaran. Deng saat itu merupakan sekretaris PKC komite pusat, anggota biro politik dan kepala staf jenderal, dimasa kepemimpinan perdana menteri Zhou Enlai dan Hua Guofeng.
Kalau sebelumnya Mao Zedong, -pemimpin Cina sebelum Deng Xiaoping yang mencetuskan revolusi kebudayaan- memiliki kebijakan yang sangat ketat terhadap masyarakat Cina, kebijakan Deng Xiaoping bisa dibilang kebalikannya.
Petani Cina diberi kebebasan dan tanggung jawab individu atas produksi dan keuntungan mereka. Sistem kerja komunal hampir langsung dihilangkan dari pedesaan. Kebijakan ini menghasilkan peningkatan produksi pertanian dalam beberapa tahun sejak dimulainya pada tahun 1981. Demikian seperti ditulis di Quora dan Zenius.
Di sisi industri, Deng Xiaoping melonggarkan kontrol dan pengawasan pemerintah pusat atas banyak perusahaan berbagai industri. Ia juga memberi manajer pabrik wewenang untuk menentukan tingkat produksi dan mengejar keuntungan untuk perusahaan. Zona Ekonomi Khusus didirikan di mana investasi asing dan liberalisasi pasar didukung.
Reformasi sosial Deng Xiaoping memperkenalkan keluarga berencana (satu anak) untuk mengekang pertumbuhan penduduk yang cepat di negara itu. Pada tahun 2021-2022 pemerintah Cina mengeluarkan pernyataan bahwa kebijakan kontrol satu keluarga satu anak telah mampu menekan pertumbuhan penduduk saat ini hingga 400 juta jiwa.
Pada bidang hubungan internasional, ia memperbaiki hubungan Cina dengan Amerika Serikat. Hubungan Cina dengan Uni Soviet yang sebelumnya memburuk juga membaik secara perlahan.
Deng tidak peduli reformasinya disebut sebagai pengkhianatan terhadap visi Mao Zedong atau bentuk dari kapitalisme. Ia kukuh menyebut sistem ekonominya sebagai “Sosialisme dengan karakteristik Cina”.
Ungkapannya yang terkenal hingga kini adalah, “bukan masalah apakah kucing itu hitam atau putih, selama dia bisa menangkap tikus.” Maksud dari pernyataan tersebut, mau reformasinya disebut apapun sama orang-orang, yang paling penting bagi Deng adalah negaranya bisa maju. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"