KONTEKS.CO.ID – Kartunis Muslim lawan karikatur Charlie Hebdo hina korban gempa Turki. Selengkapnya bisa disimak dalam artikel berikut ini.
Kartunis Muslim lawan karikatur Charlie Hebdo hina korban gempa Turki yang hingga Jumat 10 Februari 2023 siang WIB menelan lebih dari 21 ribu jiwa.
Kartunis Muslim tidak tinggal diam terhadap karikatur yang mengolok-olok para korban gempa Turki-Suriah yang dimuat di surat kabar satir mingguan Prancis, Charlie Hebdo.
Karikatur yang digambar oleh kartunis Pierrick Juin dan diposting di akun Twitter surat kabar itu, menggambarkan bangunan yang runtuh, mobil terbalik dan puing-puing, dengan tulisan: ‘Tidak perlu mengirim tank.’
Berbekal pena dan dilengkapi dengan keterampilan digital, desainer grafis dan animasi, Abrar Sabbah dari Turki ‘mengajari’ karikatur majalah kontroversial yang berbasis di Paris bagaimana menghasilkan gambar yang lebih manusiawi.
“Wahai preman Charlie Hebdo, jangan melukis seperti itu. Kami akan berdiri lagi. Warga perkasa ini akan bangkit kembali,” koar Abrar Sabbah di Twitter dengan akun Abrar_Sabbah.
Dalam video yang diunggah, Abrar menunjukkan bagaimana dia menghapus beberapa gambar dan kata-kata yang menyinggung di karikatur, sebelum menggambar tangan yang memegang bendera Turkiye.
Abrar pun mengunggah video tersebut di akun Facebook dan Instagram miliknya.
Lebih pedih lagi, kartunis asal Palestina, Mahmoud Abbas, mengunggah gambarnya yang menggambarkan seekor anjing pendeteksi menemani korban di bawah puing-puing bangunan sementara sosok babi berkaos kuning dengan tulisan Charlie Hebdo di punggung hanya menatap dengan tatapan tajam ekspresi licik.
Selain karikatur yang menyindir Charlie Hebdo, Mahmoud juga mengunggah karikatur lain di akun Twitternya, Mahmoud3bbas, yang memuji upaya tim penyelamat dalam operasi penyelamatan korban gempa.
Sementara itu, Mahmoud, yang juga Penerbit Konten Digital Al Jazeera, menggambarkan tindakan Charlie Hebdo sangat menjijikkan ketika mengklaim bahwa mereka memperjuangkan hak kebebasan berekspresi tetapi mengejek para korban gempa.
“Saat terjadi penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo (Januari 2015), seluruh dunia bersimpati karena dianggap sebagai korban padahal sebelumnya mereka pernah menganiaya Nabi kita,” tutur Mahmoud.
“Tidak bisa diterima menyerang ide atau keyakinan orang lain, apalagi mengolok-olok korban atas nama hak kebebasan berekspresi,” kata Mahmoud lagi kepada BH Online.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"