KONTEKS.CO.ID – Jika dalam waktu dekat ini masyarakat Indonesia akan mengalami kenaikan harga BBM akibat pengurangan subsidi energi, maka di Eropa masyarakatnya sudah mengalaminya lebih dulu. Hal itu terjadi akibat ulah pemerintahnya sendiri yang mengembargo pasokan gas dan minyak Rusia.
Warga di Inggris menjerit akibat tagihan energi rumah tangga mereka melonjak hingga 80 persen. Hal tersebut diungkapkan Regulator pasar energi Inggris, Office of Gas and Electricity Markets (Ofgem). Ini membuat warga biasa yang berpenghasilan pas pasan terjerat dalam kemiskinan energi. Lonjakan ini diprediksi akan terus terjadi hingga akhir tahun 2024.
Di Jerman, pengeluaran rumah tangga mengalami kenaikan tagihan gas senilai 500 euro atau Rp 7,4 juta lebih banyak dalam setahun setelah retribusi baru ditetapkan. Jerman menetapkan retribusi baru untuk menanggung utilitas biaya penggantian pasokan gas Rusia atau dengan kata lain untuk membantu perusahaan energi menutupi biaya penggantian pasokan Rusia. Ini dilakukan untuk mencegah runtuhnya pasar energi Jerman, di tengah krisis energi akibat perang Rusia dan Ukraina.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan harga gas di Eropa bisa mencapai 5.000 euro sebelum akhir tahun. Padahal sebelumnya, mantan Presiden Rusia ini memprediksi harga gas mencapai 3500 euro per seribu meter kubik.
Lonjakan kenaikan harga gas dan minyak di Eropa dan Inggris membuat negara negara yang mendukung Ukraina melawan Rusia, terpaksa melakukan pengetatan pemakaian energi. Seperti pemadaman lampu di tempat umum pada malam hari dan penjatahan gas dikalangan industri. (*)
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"