KONTEKS.CO.ID – Pertambangan batu bara, emas, dan bijih besi memacu deforestasi tropis, hal ini diakibatkan pembukaan akses hutan yang tadinya tidak dapat ditembus karena rimbun untuk kepentingan arus lalu lintas alat berat.
Dalam studi pertama yang mengukur dampak pertambangan industri terhadap hilangnya hutan tropis, tim ilmuwan internasional menemukan bahwa hanya empat negara yang paling banyak disalahkan atas masalah ini, yakni Brasil, Indonesia, Ghana, dan Suriname.
Keempat negara kaya akan hutan tropis ini menyumbang sekitar 80% deforestasi tropis yang disebabkan oleh operasi penambangan skala besar dari tahun 2000 hingga 2019. Hal tersebut diungkapkan penelitian yang diterbitkan pada hari Senin, 12 September 2022 di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Sebagaimana dilansir Reuters, setidaknya 70% deforestasi dilakukan untuk membuka lahan untuk pertanian, para ilmuwan menyebut pertambangan industri sebagai kekhawatiran yang muncul karena meningkatnya permintaan pasar dunia atas mineral yang digunakan dalam teknologi energi bersih untuk memerangi perubahan iklim.
“Transisi energi akan membutuhkan mineral dalam jumlah yang sangat besar – tembaga, lithium, kobalt – untuk teknologi dekarbonisasi,” kata salah seorang penulis riset Anthony Bebbington, yang juga ahli geografi di Clark University di Massachusetts, AS. “Kami membutuhkan lebih banyak alat perencanaan di pihak pemerintah dan perusahaan untuk mengurangi dampak penambangan terhadap hilangnya hutan.”
Bahkan tambang di seluruh dunia mengekstrak lebih dari dua kali jumlah bahan baku daripada yang mereka lakukan pada tahun 2000, kata studi tersebut.
Untuk penelitian ini, para peneliti mempelajari citra satelit global dan data pelacakan hilangnya hutan di samping informasi lokasi untuk operasi pertambangan skala industri dari dua dekade terakhir. Studi ini tidak mengukur dampak dari pertambangan skala kecil dan artisanal, yang juga dapat menjadi tantangan karena polusi tidak diatur.
Secara keseluruhan, ada 26 negara yang bertanggung jawab atas sebagian besar deforestasi tropis dunia sejak tahun 2000.
Namun di sekitar lokasi pertambangan industri, empat negara ini mendominasi. Kerugian terbesar terjadi di Indonesia, di mana tambang batu bara di pulau Kalimantan telah diperluas untuk memenuhi permintaan bahan bakar global.
Ghana dan Suriname juga menunjukkan tingkat deforestasi yang tinggi di sekitar tambang emas dan bauksit yang mengirimkan bahan yang digunakan dalam aluminium dan produk lainnya. Di Brasil, ekstraksi emas dan bijih besi mendorong deforestasi pertambangan.
Operasi penambangan seringkali membuka hutan untuk memberi ruang bagi perluasan lokasi ekstraksi dan fasilitas penyimpanan tailing, serta untuk membangun jalan akses dan pemukiman bagi para penambang.
Kegiatan pembangunan dan pengembangan jalan seringkali tidak termasuk dalam penilaian dampak lingkungan, yang dilakukan sebelum tambang disetujui, kata insinyur lingkungan Juliana Siqueira-Gay di lembaga nirlaba berkelanjutan Instituto Escolhas di Brasil, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"