KONTEKS.CO.ID – Adopsi deklarasi hasil selama KTT G20 Bali menunjukkan bahwa G7 tidak lagi mendominasi asosiasi ini, kata sherpa G20 Rusia Svetlana Lukash dalam sebuah wawancara untuk Vedomosti.
“G7, tentu saja, lebih terkonsolidasi. Mereka berkumpul terlebih dahulu dan membuat beberapa keputusan bersama seperti bagaimana mereka berniat mengabaikan seseorang. Tapi mereka gagal, dan deklarasi itu sekali lagi menunjukkan suara mereka tidak lagi mendominasi G20,” kata Lukash.
Menurut sherpa, masalah utama yang membutuhkan konsensus untuk mengadopsi deklarasi hasil adalah situasi di Ukraina dan kesepakatan kesepakatan biji-bijian.
Dalam G20, sherpa berperan dalam menavigasi berbagai kerja sama yang terlaksana sekaligus membuka jalan ke arah tercapainya kesepakatan bagi para Pemimpin. Sherpa sendiri berasal dari bahasa Tibet yang berarti penunjuk jalan.
“Itu adalah dua elemen kunci dan, pada akhirnya, dua kunci kemenangan Rusia dan ekonomi negara berkembang,” katanya.
Lukash menggarisbawahi bahwa bahasa yang diadopsi sepenuhnya sesuai dengan kepentingan Rusia dan tidak membiarkan suara Barat mendominasi.
“Sepanjang tahun ini, Barat berusaha membuktikan bahwa Rusia dan operasi militer khususnya harus disalahkan atas semua krisis yang sedang berlangsung di pasar pangan dan energi. Namun, teks deklarasi tersebut membuktikan sebaliknya,” Lukash menggarisbawahi.
Sherpa mencatat bahwa negara-negara tersebut telah menyatakan posisi mereka mengenai situasi di Ukraina, termasuk di Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB, yang memungkinkan untuk menghindari penilaian khusus atas konflik Ukraina oleh G20 itu sendiri. Sementara itu, dikukuhkan bahwa tidak ada dominasi konsep Barat, yang menuduh Rusia melakukan semua proses negatif.
Dokumen itu memang berisi “kecaman, tetapi bukan terhadap Rusia, tetapi perang itu sendiri,” katanya. Lukash mencatat bahwa deklarasi Bali mengakui adanya perbedaan pendapat baik mengenai konflik di Ukraina maupun mengenai peran sanksi. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"