KONTEKS.CO.ID – Huang Xueqin, seorang jurnalis China yang terkenal karena kampanye gerakan feminis #MeToo divonis lima tahun penjara. Ia dituduh menghasut subversi terhadap kekuasaan negara.
Pengadilan Menengah Guangzhou, Provinsi Guangdong selatan pada Jumat 15 Juni 2024 menjatuhkan vonis tersebut. Sebelumnya, Huang telah ditahan selama 1.000 hari.
Selain Huang, pengadilan juga menjatuhkan hukuman 3,5 tahun penjara kepada rekan Huang sekaligus aktivis buruh, Wang Jianbing.
Keduanya ditangkap pada September 2021 di Guangzhou. Saat itu, Huang sedang bersiap untuk perjalanan belajar ke Inggris.
Sidangnya terselenggara secara tertutup pada September lalu, namun putusannya baru diumumkan hari ini.
Ada dugaan Huang juga menjadi sasaran penyiksaan selama penahanannya.
Kelompok advokasi “Bebaskan Huang Xueqin & Wang Jianbing” melaporkan, pengadilan mendapatkan pengamanan yang ketat.
“Banyak polisi ditempatkan di dalam, sementara polisi yang menyamar berpakaian putih dan ‘sukarelawan’ dengan rompi merah memenuhi area luar. Wartawan dan pengunjung dilarang masuk,” kata kelompok tersebut sebelum putusan diumumkan.
Huang dilaporkan memprakarsai kasus #MeToo pertama di China di salah satu universitas paling bergengsi di Beijing. Ia juga membangun platform media sosial untuk melaporkan pelecehan seksual.
Pihak berwenang menahannya pada tahun 2019 selama demonstrasi anti-pemerintah di Hong Kong. Dia mendapat tuduhan menimbulkan pertengkaran dan provokator.
Huang telah meliput isu-isu sosial di blog pribadinya sejak tahun 2018. Sebelumnya, dia juga bekerja sebagai reporter investigasi untuk outlet berbahasa Mandarin Xinquaibao dan Southern Metropolis Weekly.
Reporters Without Borders mendesak pembebasan segera Huang. Mereka mengatakan, hukuman ini merupakan bentuk represif terhadap kebebasan pers dan upaya untuk membungkam suara yang memperjuangkan keadilan sosial di China.
Dukungan dan Kecaman Internasional
Penahanan dan hukuman Huang Xueqin telah menarik perhatian internasional. Banyak pihak mengecam tindakan keras pemerintah China terhadap para aktivis dan jurnalis.
“Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya mendukung jurnalis yang berani mengungkap kebenaran dan memperjuangkan hak-hak perempuan,” kata Christophe Deloire, Sekretaris Jenderal Reporters Without Borders.
Mereka mengutuk hukuman yang tidak adil ini dan menyerukan kepada pemerintah China untuk segera membebaskan Huang Xueqin dan Wang Jianbing.
Gerakan #MeToo di China
Gerakan #MeToo di China menghadapi tantangan besar dari pemerintah yang secara aktif membatasi kebebasan berbicara dan membungkam para aktivis.
Meskipun demikian, gerakan ini telah berhasil membuka mata banyak orang terhadap isu pelecehan seksual dan mendorong perubahan sosial yang signifikan.
Huang Xueqin menjadi salah satu figur penting dalam gerakan ini. Dia menginspirasi banyak orang untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan menuntut keadilan.
“Kisah Huang adalah bukti kekuatan individu dalam melawan ketidakadilan, meskipun menghadapi risiko besar,” kata Yaqiu Wang, peneliti senior di Human Rights Watch.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"