KONTEKS.CO.ID – Taiwan melacak puluhan pesawat tempur dan kapal angkatan laut China di lepas pantainya.
Itu terjadi selama dua latihan besar yang Tentara Pembebasan Rakyat China tengah gelar.
Latihan tersebut merupakan respons terhadap kepemimpinan baru pulau tersebut, yang Beijing pandang sebagai tantangan terhadap prinsip satu China.
Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan, selama periode 24 jam dari Kamis-Jumat, 23-24 Mei 2024, ada 49 pesawat tempur dan 19 kapal angkatan laut, termasuk kapal penjaga pantai China.
Sebanyak 35 pesawat terbang melintasi median Selat Taiwan, batas de facto antara Taiwan dan China.
“Menghadapi tantangan dan ancaman eksternal, kami akan terus menjaga nilai-nilai kebebasan dan demokrasi,” kata Presiden baru Taiwan Lai Ching-te kepada para pelaut dan pejabat keamanan tinggi saat mengunjungi pangkalan laut di Taoyuan, tepat di selatan ibu kota, Taipei, Kamis.
Dalam pidato pelantikannya pada Senin lalu, Lai mendesak Beijing untuk menghentikan intimidasi militernya.
Dia menegaskan Taiwan adalah negara merdeka yang berdaulat dan kedaulatan berada di tangan rakyat.
Sementara itu, Militer China menyatakan latihan dua hari di sekitar Taiwan adalah hukuman bagi pasukan separatis yang mencari kemerdekaan.
China memang secara rutin mengirimkan kapal angkatan laut dan pesawat tempur ke Selat Taiwan dan wilayah lain di sekitar pulau itu.
Tujuannya untuk melemahkan pertahanan Taiwan dan mengintimidasi rakyatnya, yang dengan tegas mendukung kemerdekaan de facto Taiwan.
“Segera setelah pemimpin Taiwan mulai menjabat, dia menantang prinsip satu China dan secara terang-terangan menjual teori dua negara,” kata juru bicara Kantor Urusan Taiwan China, Chen Binhua, dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam.
Prinsip satu China menegaskan hanya ada satu China dan Taiwan adalah bagian dari negara itu di bawah pemerintahan Partai Komunis.
Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan telah meningkatkan ancamannya untuk mencaplok Taiwan dengan kekerasan jika diperlukan.
Sementara itu, masyarakat internasional terus memantau perkembangan ini dengan cermat, mengingat potensi dampaknya terhadap stabilitas regional dan perdagangan global.
Taiwan, yang dikenal sebagai salah satu pusat teknologi dunia, memiliki peran penting dalam rantai pasokan global.
Ketegangan yang berlarut-larut dapat berdampak luas.
“Kami berharap semua pihak dapat menahan diri dan mengedepankan dialog untuk menyelesaikan perbedaan mereka,” kata seorang pejabat dari Kementerian Luar Negeri Jepang.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"