KONTEKS.CO.ID – AS menunda pengiriman satu pengiriman bom dan peninjauan pengiriman bom lainnya ke Israel.
Meski demikian, persenjataan AS senilai miliaran dolar masih tetap tersedia untuk Israel.
Seorang pejabat senior AS menjelaskan, pemerintah telah meninjau pengiriman senjata yang mungkin Israel gunakan untuk invasi besar-besaran ke Rafah. Hasilnya, AS menghentikan pengiriman bom ke Israel.
Senator Jim Risch, petinggi Partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, menyatakan, berbagai macam peralatan militer lainnya akan dikirim ke Israel.
Di antaranya amunisi serangan langsung gabungan (JDAMS), peluru tank, mortir, dan kendaraan taktis lapis baja.
Namun, Risch mengungkapkan, amunisi tersebut tidak melalui proses persetujuan secepat yang seharusnya. Beberapa telah tertunda sejak Desember.
Ini merupakan hal yang tidak lazim, mengingat bantuan untuk Israel biasanya melalui proses peninjauan dalam beberapa minggu.
Pejabat pemerintahan Biden menyatakan, mereka sedang meninjau penjualan senjata tambahan.
Biden telah memperingatkan Israel, AS akan berhenti memasok senjata jika pasukan mereka melakukan invasi besar-besaran ke Rafah.
Di sisi lain, Perwakilan Gregory Meeks, petinggi Partai Demokrat di Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat, telah menunda paket transfer senjata senilai USD18 miliar untuk Israel, termasuk lusinan pesawat Boeing F-15.
Dukungan Biden terhadap Israel dalam konfliknya melawan Hamas telah menjadi beban politik bagi presiden tersebut. Khususnya di kalangan pemuda Demokrat, terutama saat ia mencalonkan diri kembali pada pemilu tahun ini.
Hal ini telah memicu gelombang protes di universitas-universitas AS.
Meskipun demikian, tak satu pun dari perjanjian senjata tersebut merupakan bagian dari paket pengeluaran yang ditandatangani Biden bulan lalu.
Setidaknya ada sekitar USD26 miliar untuk mendukung Israel dan memberikan bantuan kemanusiaan.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"