KONTEKS.CO.ID – Korea Utara kembali mengeluarkan retorika keras terhadap Korea Selatan dengan menyebut Presiden Yoon Suk Yeol sebagai “diktator fasis” dan “penghasut perang.”
Serangan lewat media pemerintah Korea Utara, KNCA ini muncul sehari sebelum pemilu yang akan menentukan susunan parlemen Korea Selatan.
Sebagai informasi, saat ini lawan-lawan Yoon mendominasi susunan parlemen.
KNCA, pada Selasa 9 April 2024 menyebut, Korea Selatan dilanda aksi protes. Tuntutan masyarakat terhadap pemakzulan Yoon Suk Yeol semakin meningkat dari hari ke hari.
“Di Korea boneka, antusiasme semua lapisan masyarakat terhadap penghancuran partai boneka Yoon Suk Yeol semakin meningkat,” kata KCNA.
Para analis mengatakan hasil pemilu tidak akan mempengaruhi masa jabatan lima tahun Yoon.
Pemilu itu juga kemungkinan tidak akan menghasilkan perubahan besar dalam kebijakan luar negeri Korea Selatan.
Meskipun beberapa kelompok buruh telah melakukan protes terhadap Yoon, demonstrasi tersebut tidak sebesar yang menyebabkan jatuhnya presiden konservatif terakhir, Park Geun-hye.
Pada 2017 Park Geun-hye jatuh karena tuduhan korupsi.
Kebijakan garis keras Yoon terhadap Pyongyang telah membuat marah Korea Utara yang berada di bawah kepempinan Kim Jong Un.
Awal tahun ini, Korea Utara mengubah kebijakannya untuk secara efektif memperlakukan Korea Selatan sebagai negara musuh yang terpisah.
Kim mengatakan, reunifikasi secara damai tidak mungkin terjadi.
Ia juga memerintahkan militernya untuk bersiap menenangkan dan menduduki wilayah Selatan jika terjadi krisis.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"