KONTEKS.CO.ID – Bom cluster telah diterima pasukan Ukraina guna meruntuhkan pertahanan Rusia yang terlampau kuat dalam serangan balik Kiev.
Seorang jenderal Ukraina mengonfirmasi kepada CNN, Kamis 13 Juli 2023, bahwa Ukraina telah menerima bom cluster atau munisi tandan kontroversial dari AS.
Bom cluster terlarang tersebut tiba sepekan setelah Presiden AS, Joe Biden, mengatakan, dirinya telah mengambil “keputusan sulit” untuk menyetujui transfer amunisi tandan ke Ukraina.
“Kami baru saja mendapatkannya, kami belum menggunakannya, tetapi mereka dapat mengubah (medan perang) secara radikal,” ungkap Brigjen Oleksandr Tarnavskyi, Komandan Operasi Pasukan Gabungan Tavria.
“Musuh juga mengerti bahwa dengan mendapatkan amunisi ini, kita akan mendapat keuntungan. Musuh akan menyerahkan bagian medan yang memungkinkan untuk menggunakan ini,” paparnya yakin.
Kedatangan bom cluster Amerika belum pernah dilaporkan sebelumnya.
“Kepemimpinan senior akan memutuskan area wilayah yang dapat digunakan,” kata Tarnavskyi, seraya mencatat bahwa ini adalah senjata yang sangat ampuh.
Syatar Penggunaan Bom Cluster
Tarnavskyi menekankan pembatasan penggunaan bom cluster. Senjata dilarang digunakan di daerah berpenduduk padat, bahkan jika diduduki oleh pasukan Rusia.
AS telah mengatakan mereka telah menulis jaminan dari Ukraina bahwa mereka tidak akan digunakan di daerah dengan warga sipil. Penggunaannya akan dilacak untuk operasi pembersihan ranjau pada akhirnya.
“Rusia berpikir bahwa kami akan menggunakannya di semua area depan,” tambahnya. “Ini sangat salah. Tapi mereka sangat khawatir.”
AS mengatakan, keputusan menyediakan Ukraina dengan munisi tandan adalah karena rendahnya pasokan peluru artileri standar Kiev. Pasokan cluster bersifat “sementara”, menurut Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan.
“Setelah (produksi) mencapai tingkat di mana produksi putaran kesatuan dapat memenuhi kebutuhan Ukraina, maka tidak perlu terus memberikan amunisi tandan,” katanya.
Mengapa munisi tandan kontroversial? Munisi tandan adalah tabung yang membawa puluhan hingga ratusan bom kecil, yang pecah di atas target yang dituju, menyebarkan bom kecil di area itu.
Mereka disatukan oleh pengatur waktu untuk meledak lebih dekat ke atau di tanah, menyebarkan pecahan peluru yang dirancang untuk membunuh pasukan atau menghancurkan kendaraan lapis baja seperti tank.
Senjata tersebut telah dilarang oleh lebih dari 100 negara, karena bom yang mereka sebarkan jatuh di area yang luas, menimbulkan risiko bagi nonpetempur. Namun, Rusia telah menggunakan amunisi ini selama invasi ke Ukraina. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"