digital

Astaga, Cacing Hidup Kembali Setelah Membeku 46.000 Tahun

Sabtu, 29 Juli 2023 | 12:26 WIB
Foto: Shatilovich et al, 2023, PLOS Genetics, CC-BY 4.0

KONTEKS.CO.ID - Seekor cacing hidup kembali setelah 46.000 tahun membeku di permafrost Siberia. Ilmuwan menyebut cacing ini hidup di era mammoth berbulu, harimau bertaring tajam, dan rusa raksasa.

Ilmuwan mengatakan cacing hidup kembali adalah jenis cacing gelang yakni dari spesies yang sebelumnya tak populer.

"Cacing hidup kembali bertahan 40 meter (131,2 kaki) di bawah permukaan permafrost Siberia dalam keadaan tak aktif atau kriptobiosis," menurut Teymuras Kurzchalia, profesor emeritus di Max Planck Institute of Molecular Cell Biology and Genetics di Dresden, dikutip CNN, Sabtu 29 Juli 2023.

Organisme dalam keadaan kriptobiotik dapat bertahan tanpa air atau oksigen sama sekali dan tahan terhadap suhu tinggi, serta kondisi beku atau sangat asin.

Dia menjelaskan, mereka tetap dalam keadaan "antara kematian dan kehidupan", di mana tingkat metabolisme mereka menurun ke tingkat yang tidak terdeteksi.

“Seseorang dapat menghentikan hidup dan kemudian memulainya dari awal. Ini temuan besar,” ujarnya.

Organisme lain yang sebelumnya hidup kembali dari keadaan ini telah bertahan selama beberapa dekade, bukan ribuan tahun.

Pelajaran dari Cacing Hidup Kembali


Lima tahun lalu, para ilmuwan dari Institute of Physicochemical and Biological Problems in Soil Science di Rusia menemukan dua spesies cacing gelang di permafrost Siberia.

Salah satu peneliti, Anastasia Shatilovich, menghidupkan kembali dua cacing di institut tersebut dengan hanya menghidrasinya kembali dengan air, sebelum membawa sekitar 100 cacing ke laboratorium di Jerman untuk analisis lebih lanjut.

-
Foto: Alexei V. Tchesunov and Anastasia Shatilovich/Institute of Physicochemical and Biological Problems in Soil Science RAS

Setelah cacing dicairkan, para ilmuwan menggunakan analisis radiokarbon dari bahan tanaman dalam sampel untuk menetapkan bahwa endapan tersebut belum dicairkan sejak antara 45.839 dan 47.769 tahun lalu.

Tapi tetap saja, mereka tidak tahu apakah cacing itu adalah spesies yang dikenal. Akhirnya, analisis genetik oleh para ilmuwan di Dresden dan Cologne menunjukkan cacing ini milik spesies baru, yang oleh para peneliti diberi nama Panagrolaimus kolymaenis.

Para peneliti juga menemukan bahwa P. kolymaenis berbagi dengan C. elegans - organisme lain yang sering digunakan dalam studi ilmiah - "perangkat molekuler" yang memungkinkannya bertahan hidup dari cryptobiosis.

Kedua organisme menghasilkan gula yang disebut trehalosa, yang memungkinkan mereka bertahan dari pembekuan dan dehidrasi.

"Untuk melihat bahwa jalur biokimia yang sama digunakan dalam spesies yang berjarak 200, 300 juta tahun, itu benar-benar mengejutkan," tutur Philipp KSchiffer, Ketua Kelompok Penelitian Institut Zoologi di Universitas Cologne dan salah satu ilmuwan yang terlibat dalam studi.

“Artinya, beberapa proses dalam evolusi sangat terlestarikan,” sambungnya.

Dan, tambah Schiffer, ada wawasan lain yang dapat ditindaklanjuti yang dapat diperoleh dengan mempelajari organisme ini.

“Dengan melihat dan menganalisis hewan-hewan ini, kita mungkin dapat menginformasikan biologi konservasi, atau bahkan mungkin mengembangkan upaya untuk melindungi spesies lain, atau setidaknya mempelajari apa yang harus dilakukan untuk melindungi mereka dalam kondisi ekstrem yang kita alami sekarang ini,” pungkasnya kepada CNN. ***

Tags

Terkini