KONTEKS.CO.ID - Surge menggunakan strategi jaringan serat optik ‘railway-first’ untuk mentransformasi pasar broadband Indonesia.
Dengan membangun di sepanjang koridor kereta api, bermitra dengan PT KAI, Huawei, dan ISP lokal, Surge menyediakan internet yang lebih cepat dan terjangkau sekaligus mendukung tujuan nasional dalam inklusi digital dan pendidikan.
Pasar broadband Indonesia lama dikenal dengan penetrasi jalur tetap rendah, kecepatan rata-rata sedang, dan harga yang tinggi dibanding pendapatan.
Surge (PT Solusi Sinergi Digital Tbk) yang dipimpin CEO Yune Marketatmo yakin telah menemukan cara untuk mengubah tren ini melalui pembangunan serat optik di koridor kereta, menyelaraskan insentif komersial dengan operator kereta.
Baca Juga: Kebun Binatang China Buka Lowongan Pemberi Makan Harimau Bergaji Rp116 Juta Sebulan, Tertarik?
Selain itu juga bermitra dengan penyedia teknologi untuk mempercepat implementasi.
“Kami ingin melayani masyarakat Indonesia,” kata Marketatmo. “Internet yang terjangkau dan lebih cepat bisa memberi manfaat nyata untuk pendidikan, UKM, dan ekonomi secara luas.”
Dalam wawancara di Huawei Connect 2025, ia menjelaskan strategi yang pragmatis sekaligus ambisius.
Alih-alih menempuh perizinan jalan demi jalan satu per satu, Surge memulai dengan menanam serat backbone di tanah kereta, yang aman dan aksesnya terpusat.
“Ide utamanya adalah menanam serat di sepanjang koridor kereta terlebih dahulu,” katanya.
Fondasi ini sekarang menjadi dasar jaringan akses yang berkembang secara bertahap dari jalur kereta, dekat dengan permintaan tinggi dan mengontrol biaya melalui disiplin, bukan penyebaran yang luas.
Keunggulan kereta api ada tiga. Waktu dan biaya lebih efisien karena izin lahan dan komunitas dikelola dalam satu hubungan, menghindari ribuan persetujuan parsial.