KONTEKS.CO.ID – Bulan Januari-Februari masih masuk musim hujan, bahkan biasanya menjadi puncak turunnya hujan berintensitas tinggi. BMKG mencatat kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, sebagai suhu “terpanas” di Indonesia.
Wilayah yang tercatat sering mengalami suhu panas adalah daerah Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Suhunya acapkali tembus lebih dari 34 derajat Celcius. Bahkan beberapa hari tercatat sebagai suhu maksimum tertinggi di Indonesia.
Sementara itu, selama 4-5 tahun terakhir suhu maksimum tertinggi di Indonesia terjadi pada April 2019. Suhu saat itu mencapai sekitar 38,8 derajat Celcius di Kota Palembang, Sumsel.
Tahun sebelumnya, tepatnya di Mei 2018, wilayah Temindung, Samarinda juga mengalami suhu 38,8 derajat Celcius.
Terkait suhu panas, masyarakat banyak yang mengeluhkan rasa gerah luar biasa. Suhu superpanas di tengah musim penghujan dianggap bukan fenomena biasa. Masyarakat merasa ada kejanggalan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sendiri mencatat suhu udara di sejumlah kota di Indonesia bisa mencapai di atas 35 derajat celcius.
Nah agar tidak menimbulkan prasangka, berikut ini penjelaskan BMKG melalui akun resmi Instagram-nya, @infobmkg.
BMKG menulis, pengamatan suhu maksimum harian pada 9-13 Januari 2023 memperlihatkan pada tanggal 12 Januari sebagai hari terpanas pekan ini dengan suhu maksimum harian 35,4 derajat Celcius.
“Pada awal hingga pertengahan bulan Januari 2023, sebagian besar wilayah Indonesia masih sering hujan. Namun beberapa wilayah tercatat tidak mengalami hujan lebih dari 6 hari,” kata BMKG.
Sementara data citra inframerah satelit Himawari dari BMKG mengungkap, ada awan konvektif signifikan di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat, serta Papua.
“Awan-awan tebal diindikasikan oleh warna merah hingga jingga. Daerah tidak berawan dan sedikit per-awan-an ditandai dengan warna dasar hitam. Tampak seluruh Jawa hingga Nusa Tenggara terjadi sedikit [er-awan-an,” jelas BMKG.
BMKG menambahkan adanyanya gangguan sirkulasi Monsun. Jeda hari hujan (dry spell) dan berkurangnya tutupan awan (less cloudiness) di Pulau Jawa dan sekitarnya disebabkan adanya blocking Monsun Asia.
Sering munculnya pusaran angin (vortex) di Samudera Pasifik bagian barat, di Laut Cina Selatan, serta di barat daya Sumatera, menyebabkan aliran masa udara lembab dari utara terhambat dan intrusi udara kering dari selatan lebih dominan pengaruhnya di bagian selatan Indonesia.
Berdasarkan data-data dan temuan di atas, BMKG mengatakan, penyebab cuaca terasa lebih panas saat musim hujan ini di antaranya karena berkurangnya tutupan awan, radiasi matahari yang optimum mencapai permukaan, terjadinya jeda hujan, dan terjadinya blocking Monsun Asia
Untuk mengetahui informasi iklim dan kualitas udara lebih lengkap dan detail, bisa mengakses http://iklim.bmkg.go.id. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"