KONTEKS.CO.ID – Daun kratom tengah naik daun. Masyarakat, bahkan pakar kesehatan banyak yang menjadikannya sebagai bahan diskusi.
Ya, daun kratom yang merupakan tanaman dari Asia Tenggara menarik perhatian publik lantaran klaim manfaat kesehatan. Namun di balik itu ada kontroversi yang mengikutinya.
Kratom, dikenal dengan nama ilmiah Mitragyna speciosa, telah lama masyarakat gunakan di beberapa wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Daun itu tergunakan untuk keperluan medis tradisional.
Daun terpercaya memiliki efek analgesik, stimulan, dan dapat membantu mengatasi kecanduan opioid.
Penjelasan Peneliti soal Pro-Kontra Daun Kratom
Sehubungan polemik itu, peneliti dari Pusat Riset Vaksin dan Obat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Masteria Yunovilsa Putra, mengungkapkan, opioid adalah sekelompok obat yang bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan efek pereda nyeri dan euphoria.
“Sebagian besar opioid menghasilkan efek analgesik, dengan mengaktifkan reseptor mu-opioid. Tapi penggunaan beberapa senyawa opioid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan efek samping yang merugikan. Seperti toleransi terhadap dosis analgesik, depresi pernapasan dan konstipasi,” papar Masteria, melansir Kamis 4 Juli 2024.
Banyak pengguna kratom melaporkan bahwa daun ini membantu mereka mengatasi rasa sakit kronis, kecemasan, dan depresi. Selain itu, disebut-sebut sebagai alternatif yang lebih aman ketimbang obat-obatan opioid yang dapat menyebabkan ketergantungan parah.
Tapi sejumlah penelitian menunjukkan beberapa senyawa pada kratom memiliki potensi menyebabkan efek samping. Misalnya, mual, kejang dan lain sebagainya
“Kratom juga menghasilkan efek analgesik. Efek analgesik ini disebabkan oleh kandungan alkaloid utamanya. Yakni, mitragynine dan turunannya seperti 7-hydroxymitragynine,” papar Masteria.
Studi pengikatan radioligand terbaru, kata Masteria, menunjukkan beberapa senyawa alkaloid dari kratom memiliki afinitas pengikatan yang lebih rendah pada reseptor mu-opioid daripada morfin. Dengan demikian, mitragynine kratom jauh lebih aman sebagai agen analgesik daripada morfin.
“Studi aktivitas analgesik secara in vivo yang kami lakukan dengan menggunakan hotplate menunjukkan ekstrak alkaloid kratom dengan kandungan senyawa mitragynine sekitar 46 persen menimbulkan efek analgesik terhadap rasa sakit akibat panas yang diinduksi oleh hotplate pada hewan coba (mencit),” paparnya.
Kratom Lebih Aman dari Efek Analgesik Morfin
Berdasarkan hasil penelitiannya, pemberian ekstrak alkaloid kratom secara kronis selama 10 hari pada hewan coba menunjukkan efek analgesik alkaloid kratom hampir sama dengan efek analgesik yang ditimbulkan morfin.
“Sebagaimana halnya tertemukan pada studi yang lain efek morfin mengalami penurunan (toleransi terhadap dosis analgesik) pada hari kelima treatment. Sementara ekstrak alkaloid kratom dapat menunda efek toleransi hingga hari ke-10,” terangnya.
Efek analgesic yang termiliki oleh alkaloid kratom memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Salah satunya penggunaan ekstrak alkaloid kratom sebagai adjuvant untuk pengobatan kanker bersama penggunaan dosis rendah obat antikanker doxorubicin.
“Ini untuk menghambat pertumbuhan sel kanker secara in vitro yang telah kami publikasikan di jurnal ilmiah Molecules,” tandasnya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Masteria yang dalam proses peer review journal juga menemukan adanya potensi alkaloid kratom. Ini untuk terkembangkan sebagai obat antiinflamasi yang mampu menurunkan efek samping yang biasa publik temui pada obat-obatan antiinflamasi golongan non steroid (non-steroid antiinflammatary drugs) secara in vitro.
“Aktivitas ini tertenggarai karena adanya mekanisme dual inhibisi dari senyawa alkaloid kratom terhadap enzim yang berperan dalam proses inflamasi,” jelasnya.
Produk Ekspor Andalan Petani Kalimantan
Menurutnya, di Indonesia, khususnya di daerah Kalimantan, kratom menjadi komoditas penting bagi petani lokal. Ekspor daun kratom ke mancanegara memberikan pendapatan yang signifikan bagi mereka.
Dalam bidang kesehatan, kratom memiliki potensi yang dapat terkembangkan untuk bahan baku obat. Namun demikian, penggunaan ekstrak dari alkaloid kratom dalam dosis tertentu terindikasikan dapat memberikan efek samping.
“Oleh karena itu, regulasi yang tepat terperlukan tanpa memengaruhi mata pencaharian para petani tersebut dan memberikan efek negatif pada masyarakat. Penelitian lebih lanjut dan dialog terbuka antara pemerintah, ahli kesehatan, dan masyarakat harapannya dapat menghasilkan kebijakan yang adil dan bijaksana terkait penggunaan dan pengembangan daun kratom,” kata Masteria. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"