KONTEKS.CO.ID – Apple akan memperbaiki bug yang menyarankan emoji bendera Palestina ketika sejumlah pengguna iPhone mengetik “Yerusalem” di pesan.
Raksasa teknologi AS menyalahkan masalah perangkat lunak atas saran yang muncul pada pembaruan terbaru sistem operasi iOS untuk beberapa pengguna. “Itu tidak kami sengaja,” kata Apple, mengutip Aljazeera, Jumat 12 April 2024.
Hal ini tampaknya tidak memengaruhi semua pengguna. Pengguna di Amerika Serikat melaporkan mereka tidak mendapatkan saran tersebut setelah mengetik kata “Yerusalem”.
Presenter televisi Inggris Rachel Riley menunjukkan saran emoji di media sosial, memunculkan perdebatan lama mengenai apakah orang Israel atau Palestina berhak menyebut Yerusalem sebagai ibu kota mereka.
Para pemimpin Palestina memandang Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kota negara mereka di masa depan.
Riley mencatat bahwa versi terbaru dari sistem operasi selulernya menyarankan agar dia menggunakan bendera Palestina “saat saya mengetik ibu kota Israel, Yerusalem”.
“Menunjukkan standar ganda terhadap Israel adalah bentuk anti-Semitisme, yang merupakan bentuk rasisme terhadap orang Yahudi,” tulisnya.
“Tolong jelaskan apakah ini tindakan yang tersengaja oleh perusahaan Anda, atau apakah Anda tidak memiliki kendali terhadap pemrogram nakal,” kata Riley dalam unggahannya.
Apple Harus Tahu Sejarah Penjajahan Israel kepada Palestina
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sebagian besar anggota komunitas internasional memandang Yerusalem secara efektif adalah dua kota. Mereka menganggap Yerusalem Timur – termasuk Kota Tua – sebagai bagian dari Tepi Barat, yang merupakan wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel dan bertentangan dengan hukum internasional.
Seruan internasional untuk secara resmi mengakui Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Ini sebagai bagian dari solusi dua negara yang semakin meningkat di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa dalam perang Israel di Gaza.
Jumlah korban di Gaza akibat genosida Israel kini mencapai lebih dari 33.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Ini bukan pertama kalinya Apple menjadi pusat kontroversi terkait urusan global dan integritas wilayah.
Pada tahun 2019, Apple Maps mulai menetapkan Crimea sebagai bagian dari Rusia. Sehingga menuai kritik dan perdebatan seputar wilayah yang Rusia aneksasi.
Pada tahun 2022, setelah Rusia menginvasi Ukraina, Apple Maps mengubah kembali status Crimea sebagai milik Ukraina, namun hanya untuk pengguna di luar Rusia.
Sejak perang Gaza termulai, pengguna pro-Palestina telah menghadapi banyak pembatasan oleh raksasa teknologi online, termasuk sensor atau blokir. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"