KONTEKS.CO.ID – Google Malaysia mengeluarkan permintaan maaf kepada Pemerintah Malaysia, pada Senin 18 Maret 2024.
Mereka meminta maaf karena kesalahan dalam mengutip nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (USD) terhadap ringgit Malaysia (MYR).
Kesalahan ini terjadi pada Jumat, 15 Maret 2024, ketika raksasa mesin pencari mengutip nilai tukar dari data pihak ketiga untuk menampilkan informasi nilai tukar di Google Search.
Menurut data Google, nilai tukar pada 15 Maret sekitar 4,98 ringgit untuk USD1. sementara menurut catatan Bank Negara Malaysia (BNM) seharusnya sekitar 4,7015 ringgit.
Peringatan dari Bank Negara Malaysia
Bank Negara Malaysia (BNM) menegur Google atas kesalahan tersebut, mengklaim bahwa informasi yang ditampilkan oleh Google tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia yang sebenarnya.
Peringatan ini diterbitkan oleh BNM melalui media sosial Twitter ‘X’, dan Google kemudian merespons permintaan maaf. Mereka memastikan telah menyelesaikan masalah tersebut.
Google Malaysia menyampaikan permintaan maafnya kepada Pemerintah Malaysia melalui Twitter. Perusahaan menegaskan bahwa mereka telah menghubungi pihak ketiga yang memberikan informasi nilai tukar guna memperbaiki kesalahan tersebut.
Mereka juga menekankan bahwa informasi nilai tukar yang mereka sampaikan hanya bertujuan sebagai informasi. Bukan panduan untuk pengambilan keputusan finansial.
Google mengarahkan pengguna untuk mengakses situs resmi seperti BNM untuk panduan urusan finansial.
Ini bukan pertama kalinya BNM menemukan kesalahan dalam data nilai tukar yang Google sajikan.
Pada tanggal 6 Februari 2024, BNM sudah melayangkan surat peringatan atas kesalahan serupa, tetapi tidak merinci nilai tukar yang perlu mereka koreksi.
Peringatan kali ini merupakan peringatan kedua bagi Google, dan Gubernur BNM Abdul Rasheed Ghaffour telah memastikan keduanya akan berkoordinasi lebih lanjut untuk menjaga stabilitas nilai ringgit.
Sistem Pengumpulan Data Google Malaysia
Google menyajikan data pasar valuta asing melalui mesin pencari Search dan layanan Google Finance.
Data tersebut terhimpun dari berbagai lembaga pihak ketiga, seperti Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia. Lalu tertampilkan dalam tampilan yang sederhana tapi mudah pembaca pahami.
Namun, terdapat jeda waktu (delay) dalam pembaruan data, seperti 15 menit untuk mata uang ringgit Malaysia, yang perlu terperhatikan oleh pengguna.
Insiden ini menyoroti pentingnya ketepatan dan keandalan data dalam konteks finansial, terutama dalam hal nilai tukar mata uang. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"