KONTEKS.CO.ID – Satelit Merah Putih 2 dan Starlink dengan perbedaannya ada dalam tulisan Konteks di bawah ini.
Telkom Indonesia melalui anak usahanya, Telkomsat, baru-baru ini meluncurkan Satelit Merah Putih 2 di Cape Canaveral, Florida, pada Selasa 20 Februari 2024 pukul 15.11 waktu setempat. Atau hari Rabu 21 Februari 2024 pukul 03.11 WIB.
Satelit ini merupakan satelit ke-11 sekaligus yang pertama milik Telkom Group yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite alias HTS. Teknologi yang juga terkenal dengan broadband satelit.
Namun, bagaimana perbandingannya dengan Starlink milik Elon Musk?
Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, menjelaskan bahwa Satelit Merah Putih 2 beroperasi pada orbit Geostasioner Earth Orbit (GEO), yang berjarak sekitar 36.000 kilometer dari atas permukaan laut.
Di sisi lain, Starlink milik Elon Musk beroperasi pada orbit Low Earth Orbit (LEO), yang jaraknya lebih dekat dengan bumi.
Karena perbedaan orbit ini, Starlink memiliki kecepatan internet yang lebih tinggi, dengan kemampuan mencapai kecepatan hingga 122 Mbps di Swiss menurut data Ookla per September 2023. Sementara Satelit Merah Putih 2 menyediakan kecepatan internet yang biasanya di bawah 100 Mbps.
Satelit Merah Putih 2 dan Starlink: Segmen Pasar
Menurut Ririek, segmen pasar Starlink adalah mereka yang membutuhkan kecepatan internet di atas 100 Mbps, sementara Satelit Merah Putih 2 menyasar pelanggan yang membutuhkan kecepatan internet di bawah 100 Mbps dengan harga yang lebih terjangkau.
Starlink lebih cocok bagi pelanggan yang memerlukan koneksi internet yang sangat cepat. Sementara Satelit Merah Putih 2 lebih difokuskan pada pelanggan dengan kebutuhan yang lebih umum dan budget yang lebih terbatas.
Satelit Merah Putih 2 menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS), yang memiliki desain cakupan area di bumi yang berukuran kecil namun banyak alias multi-spots beam.
Dengan begitu, satelit ini mampu menghasilkan kekuatan pancar satelit yang besar di suatu area yang dilingkupi beam.
Dengan kapasitas hingga 32Gbps, Satelit Merah Putih 2 membawa transponder aktif frekuensi C-band dan Ku-band, yang akan menjangkau seluruh area Indonesia.
Di sisi lain, Starlink menggunakan frekuensi radio gelombang tinggi untuk sinyalnya, yang membuatnya lebih rentan terhadap gangguan cuaca seperti hujan atau awan tebal.
Hal ini berbeda dengan Satelit Merah Putih 2 yang menggunakan frekuensi C-Band, yang memiliki performa paling baik terhadap curah hujan.
Dengan demikian, meskipun keduanya menawarkan layanan internet satelit, Satelit Merah Putih 2 dan Starlink memiliki perbedaan signifikan dalam hal orbit operasional, kecepatan internet, segmen pasar, teknologi, dan pengaruh lingkungan.
Pemilihan antara kedua layanan ini tergantung pada kebutuhan dan preferensi masing-masing pelanggan, serta ketersediaan layanan di wilayah tertentu.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"