KONTEKS.CO.ID – Bahaya deepfake AI yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan konten palsu yang sangat meyakinkan kian meresahkan masyarakat. Bahkan selebriti terkenal.
Taylor Swift, penyanyi terkenal, menjadi korban baru dari kejahatan deepfake AI, memicu reaksi besar di kalangan penggemar. Lalu memunculkan seruan untuk tindakan hukum dan regulasi yang lebih ketat.
Ancaman Deepfake pada Taylor Swift: Kontroversi di Media Sosial X
Perbincangan tentang ‘Taylor Swift AI’ menjadi sorotan di berbagai negara setelah unggahan deepfake mendapat perhatian luas.
Konten tersebut, yang terbuat dengan teknologi AI, menampilkan Taylor Swift dalam situasi yang tidak senonoh.
Meskipun platform media sosial X secara aktif memblokir dan menghapus konten tersebut, penyebarannya tetap merambah ke platform lain.
Platform X dan induk perusahaan Meta (Facebook dan Instagram) telah mengambil langkah-langkah untuk menghapus konten deepfake yang melibatkan Taylor Swift sesuai dengan kebijakan mereka.
Namun, respons awal teranggap lambat, memunculkan kekhawatiran akan efektivitas pengawasan dan penindakan pada konten-konten deepfake di era digital ini.
Sebagai tanggapan, penggemar Taylor Swift atau Swifties, memulai gerakan ‘Protect Taylor Swift’ untuk menyoroti bahaya konten misinformasi dan deepfake AI.
Deepfake AI Ancaman Serius
Deepfake AI yang bersifat melecehkan bukan hanya merugikan individu terkenal seperti Taylor Swift. Tetapi juga menjadi ancaman serius terhadap privasi dan kehormatan perempuan secara umum.
Sejumlah tokoh termasuk anggota Kongres Amerika Serikat Yvette Clarke dan CEO Microsoft, Satya Nadella, menyuarakan keprihatinan mereka terhadap perkembangan deepfake AI. Ini dapat merusak reputasi dan integritas seseorang.
Gugatan Taylor Swift ke Platform Penyebar Deepfake
Mendapati bahwa deepfake AI telah merugikan citra dan privasinya, Taylor Swift dan tim hukumnya berencana untuk mengambil tindakan hukum.
Mereka berencana untuk menggugat platform-platform yang menyebarkan konten deepfake, khususnya yang melibatkan gambar-gambar tak senonoh.
Kasus ini menyoroti urgensi adanya regulasi hukum yang jelas terkait deepfake AI. Konten deepfake yang merusak dan merendahkan martabat individu. Terutama perempuan dan anak-anak menunjukkan kebutuhan akan tindakan hukum yang lebih tegas.
Saat ini, penegakan hukum terhadap terhadapkan pada tantangan. Ada seruan global untuk mengembangkan regulasi yang dapat mengatasi perkembangan teknologi ini.
Penggunaan deepfake cerdas yang merusak dan melecehkan menciptakan risiko serius terhadap privasi individu.
Taylor Swift, sebagai perempuan dan figur publik, menegaskan hak privasinya yang harus dihormati dan dilindungi.
Kontroversi ini juga menimbulkan pertanyaan etis mengenai batasan teknologi AI dan peran pemerintah dalam melindungi masyarakat dari potensi bahaya deepfake.
Kasus Taylor Swift menjadi sorotan utama dalam perdebatan global mengenai deepfake cerdas. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"