KONTEKS.CO.ID – Laporan terbaru menunjukkan kemungkinan Israel menggunakan data WhatsApp untuk memberi umpan sistem penargetan AI mematikan yang digunakan dalam perang di Gaza
Selama beberapa dekade, manusia hidup dengan prospek masa depan di mana peperangan akan dilakukan dengan menggunakan apa yang disebut robot pembunuh yang digerakkan oleh teknologi yang selalu tampak seperti dunia lain.
Hal ini sekarang menjadi kenyataan yang mengerikan, mengingat penggunaan kecerdasan buatan oleh Israel dalam serangan mematikan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Ini terdokumentasikan dalam laporan dan investigasi oleh berbagai media, tidak ada yang lebih penting dari publikasi Israel +972 Magazine dan Local Call berbahasa Ibrani.
Kecerdasan Buatan Israel
Mereka mengungkapkan penggunaan program AI seperti The Gospel, Lavender dan Where’s Daddy?, yang semuanya tergunakan untuk mengidentifikasi puluhan ribu warga Gaza sebagai target. AI itu melacak dan menyerang orang-orang secara khusus di rumah mereka, dan pada dasarnya menjalankan “pabrik pembunuhan massal” dengan pengawasan manusia yang minimal.
Detail penting dalam laporan awal April mereka tentang Lavender dan Where’s Daddy? terkait dengan bagaimana perangkat lunak tersebut mengumpulkan data dari WhatsApp —raksasa komunikasi yang dimiliki oleh raksasa teknologi Meta.
Informasi khusus tersebut menarik perhatian Paul Biggar, seorang insinyur perangkat lunak, inovator dan pendiri Tech For Palestine, sebuah koalisi pakar teknologi yang bekerja untuk memberi manfaat bagi rakyat Palestina.
Ia menerbitkan sebuah blog yang meningkatkan kekhawatiran atas kemungkinan keterlibatan Meta dalam perang dahsyat yang didukung AI di Gaza.
Berbicara kepada Anadolu, Biggar, mengatakan, dia memandang Lavender sebagai salah satu alat yang Israel gunakan sebagai cara mengotomatisasi genosida (di Gaza).
“Hal ini memungkinkan mereka untuk menargetkan individu dan menciptakan lapisan penyangkalan yang masuk akal. Di mana mereka mengatakan bahwa individu-individu tersebut teridentifikasi oleh AI sebagai target yang valid, dan hal tersebut tidak benar,” katanya, Jumat 10 Mei 2024.
Dia mengatakan, tidak ada alasan nyata untuk percaya bahwa salah satu target ini valid. Dan militer Israel tidak melakukan uji tuntas dalam mengidentifikasi atau menyelidiki target yang sistem AI sarankan.
Dugaan Keterlibatan WhatsApp dan Meta Membunuh Warga Gaza
Biggar mengatakan, blog-nya secara khusus membahas tentang keterlibatan Meta. Sebab laporan tentang Lavender menunjukkan bahwa salah satu cara sistem mengidentifikasi target adalah melalui grup WhatsApp yang menjadi bagiannya.
Apa yang dia maksud adalah bagian dalam laporan +972 dan Panggilan Lokal. Laporan ini tentang panduan singkat untuk membangun ‘mesin target’. Hal itu mirip dengan deskripsi Lavender, berdasarkan AI dan algoritma pembelajaran mesin”.
Panduan ini, menurut laporan tersebut, terdapat dalam sebuah buku. Yakni buku berjudul The Human-Machine Team: How to Create Synergy Between Human and Artificial Intelligence That Will Revolutionize Our World. Buku ini terilis dengan nama pena, Brigadir Jenderal Y.S., dalam bahasa Inggris pada tahun 2021.
Laporan tersebut mengatakan penyelidikan +972 dan Panggilan Lokal telah mengonfirmasi bahwa penulisnya menjadi komandan unit intelijen elite Israel 8200 saat ini.
Dalam panduan untuk membuat sistem AI tersebut terdapat beberapa contoh dari ‘ratusan dan ribuan’ fitur. Fitur yang dapat meningkatkan peringkat seseorang (kemungkinan untuk diidentifikasi sebagai target). Seperti berada di grup WhatsApp dengan seorang militan yang terkenal, mengganti ponsel setiap beberapa bulan, dan sering berpindah alamat.
Biggar menyebut saran itu menggelikan. “Kami mengetahui dari sumber lain bahwa Hamas tidak mengoordinasikan serangan terhadap perangkat apa pun yang berbasis telepon seluler, WhatsApp, atau semacamnya,” katanya.
“Jadi sebenarnya yang mereka usulkan adalah siapa yang orang-orang kenal? Dengan siapa mereka berteman? Keanggotaan grup WhatsApp sama sekali tidak memberatkan dan merupakan hal yang menggelikan untuk menyatakan hal tersebut,” ujarnya.
Pertanyaannya, beranikah umat Islam boikot WhatsApp?
Apakah Meta Memberikan Informasi kepada Israel?
Bagi Biggar, adalah “fakta” bahwa Israel mendapatkan data WhatsApp. Namun masih belum jelas apakah data tersebut Meta sediakan langsung.
“Mungkin IDF (Pasukan Pertahanan Israel) punya cara lain untuk mengakses data ini… Mungkin mereka tidak mendapatkannya dari pintu depan melalui Meta,” katanya.
Salah satu kemungkinannya adalah mereka mendapatkannya melalui banyak anggota Unit 8200 yang sekarang bekerja di Meta, katanya. Ini merujuk pada unit intelijen Israel yang sama yang tersebutkan dalam laporan +972 dan Panggilan Lokal tentang Lavender.
“Banyak orang di Meta dulunya bekerja di IDF, dulunya berada di Unit 8200. Termasuk kepala petugas keamanan informasi mereka,” klaim Biggar.
“Ada juga Sheryl Sandberg, mantan COO mereka dan salah satu orang penting yang membangun Facebook hingga menjadi seperti sekarang ini. Ia masih menjadi anggota dewan direksi mereka. Dia juga telah melakukan tur propaganda untuk Israel,” tambahnya.
Mengenai pendiri Meta, Mark Zuckerberg, Biggar menunjukkan bahwa dia telah memberikan sumbangan kepada (LSM Israel) Zaka. Mereka adalah kelompok yang menciptakan propaganda palsu untuk membenarkan genosida terhadap Israel dan dunia Barat.
“Jadi, Israel bisa mendapatkan data langsung dari Meta melalui permintaan informasi, melalui pintu belakang, atau cara ketiga yang dirahasiakan,” tanyanya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"