KONTEKS.CO.ID – Virus Nipah sudah menewaskan dua warga India. Penyakit langka ini mengganas di India selatan sehingga membuat New Delhi mengambil langkah tegas.
Apa itu virus Nipah? Ini adalah virus zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, penyakit ini juga dapat tertularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antarmanusia.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), nfeksi virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga parah. Gejala sering kali termulai dengan sakit kepala dan kantuk, tapi dapat dengan cepat berubah menjadi koma dalam hitungan hari.
Hal ini juga dapat menyebabkan sindrom pernafasan akut. Yakni, paru-paru tidak dapat memberikan cukup oksigen ke tubuh dan ensefalitis yang fatal atau peradangan otak.
“Tidak ada vaksin, dan pengobatan terbatas pada perawatan suportif,” tulis CDC.
Asal Virus Nipah dari Malaysia
Virus Nipah pertama kali diidentifikasi selama wabah tahun 1998-1999 di Malaysia. Hampir 300 orang terinfeksi dan lebih dari 100 orang meninggal, menurut CDC.
Tak hanya itu, lebih dari satu juta babi disuntik mati untuk menghentikan penyebarannya.
Nama virus ini berasal dari nama Desa Kampung Sungai Nipah di Malaysia, tempat para peternak babi tertular penyakit tersebut.
“Selama wabah, sebagian besar infeksi pada manusia tersebabkan oleh kontak langsung dengan babi yang sakit. Atau jaringan tubuh mereka yang terkontaminasi,” menurut WHO.
“Terdapat wabah berikutnya di India dan Bangladesh, dengan lebih dari 600 kasus pada manusia. Kasusnya terlaporkan antara tahun 1998 dan 2015,” tambah WHO.
Penularan virus Nipah dari manusia ke manusia juga telah terlaporkan. Menurut WHO, antara tahun 2001 dan 2008, sekitar setengah dari kasus yang terlaporkan di Bangladesh terpicu oleh penularan dari manusia ke manusia. Ini akibat pekerja yang memberikan perawatan kepada pasien yang terinfeksi.
Yang lebih mengerikan lagi, virus ini masuk dalam daftar ancaman epidemi WHO yang memerlukan penelitian dan pengembangan segera. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"