KONTEKS.CO.ID – Observatorium Nasional Timau akan rampung di tahun 2023. Kabar baik itu diinformasikan Koordinator Stasiun Observatorium Nasional Kupang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Abdul Rachman melalui pesan singkatnya, Minggu 29 Juli 2023.
Pembangunan Observatorium Nasional Timau saat ini dalam proses pemasangan cermin sekunder. Tidak lama lagi pemasangan cermin primer dan tersier juga akan segera dilakukan.
“Instrumen utama yakni teleskop 3,8 meter beserta bangunannya termasuk kubah berdiameter 14 meter sudah terbangun sekitar 55%. Instrumen utama ini ditargetkan akan rampung dalam 2-3 bulan ke depan,” ungkap Abdul Rachman.
Dalam blog pribadinya Abdul Rachman berharap tahun 2023 akan menjadi momentum bersejarah dalam riset antariksa di Indonesia. Karena pada tahun itulah ditargetkan instrumen utama proyek Observatorium Nasional yang dibangun di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur selesai terbangun.
“Obsnas Timau ditujukan sebagai fasilitas nasional yang mewadahi riset antariksa tingkat lanjut dan di samping itu juga berperan dalam pengembangan keilmuan lintas disiplin serta berbagai aktivitas terkait lainnya,” tuturnya.
Observatorium Nasional Timau Lebih Strategi dari Observatorium Bosscha
Sebelumnya Indonesia telah mempunyai Observatorium Bosscha di Jawa Barat. Tetapi selain lokasi, instrumen utamanya menjadi pembeda dari kedua observatorium tersebut.
Timau dipilih sebagai lokasi Obnas karena langitnya sangat rendah polusi cahaya dan akses ke lokasi yang relatif mudah.
Secara nasional, beber dia, NTT memiliki kondisi langit yang lebih jarang mendung dibanding daerah lain di Indonesia. Sehingga jumlah hari dengan langit cerahnya relatif banyak di atas 65% per tahun.
“Polusi cahaya yang sangat rendah berarti langit yang lebih alami artinya lebih gelap sehingga memungkinkan pengamatan benda-benda antariksa yang lebih redup,” jelasnya.
“Pembeda lainnya yaitu, Obsnas Timau dilengkapi dengan teleskop yang lebih besar. Sehingga bisa mengamati benda-benda langit yang jauh lebih redup. Pun instrumen pendukung yang lebih modern,” ungkapnya.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, Robertus Heru Triharjanto, menjelaskan, pembangunan Obnas Timau mempunyai arti penting. Bukan hanya untuk astronom Indonesia, tapi juga secara global.
Kualitas fasilitas astronomi berbasis teleskop diukur dengan berapa malam dalam satu tahun bisa melakukan observasi. Kemudian, dalam satu malam berapa jam.
“Gunung Timau adalah tempat yang bisa memberikan kesempatan clear and dark sky terbanyak di Indonesia,” kata Robertus.
Robertus berharap, dengan selesainya pembangunan Obnas Timau ini akan terbentuk kelompok ilmuwan astronomi dan astrofisika yang menjadi acuan global dari Indonesia.
Fasilitas observasi Antariksa yang spesial ini tidak hanya akan mengundang ilmuwan dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam penelitian sains. namun juga akan menjadi salah satu tempat pengamatan benda-benda Antariksa buatan manusia.
“Terutama dan yang penting untuk diamati adalah satelit yang sudah tidak berfungsi dan bekas bagian roket yang mengorbit. Benda-benda tersebut dapat mengganggu satelit-satelit yang masih beroperasi atau bahkan peluncuran satelit di kemudian hari,” pungkasnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"