KONTEKS.CO.ID – Bahaya kecerdasan buatan (AI) disampaikan Dr Geoffrey Hinton, ‘The Godfather of A.I.’ yang memutuskan mundur dari Google.
Bapak ‘baptis’ AI ini mengungkapkan kekhawatirannya atas banjir informasi yang salah. Ada juga kemungkinan AI untuk menjungkirbalikkan pasar kerja, dan “risiko eksistensial” yang ditimbulkan oleh penciptaan kecerdasan digital sejati.
Dr Geoffrey Hinton,75, bersama dua mahasiswanya di University of Toronto membangun jaringan saraf pada 2012, keluar dari Google pekan ini, seperti yang pertama kali dilaporkan oleh New York Times, dikutip Senin 5 Juni 2023.
Hinton mengatakan, dia berhenti untuk berbicara secara bebas tentang bahaya AI. Bahkan menyesali atas kontribusinya di lapangan dalam penciptaan AI. Ya, bahaya kecerdasan buatan memang tak terbantahkan.
Awal AI Berkembang
Dia dibawa oleh Google satu dekade lalu untuk membantu mengembangkan teknologi AI perusahaan, dan pendekatan yang dia rintis membuka jalan bagi sistem saat ini seperti ChatGPT.
Kepada New York Times, Hinton menuturkan, hingga tahun lalu dia yakin Google telah menjadi “pelayan yang tepat” dari teknologi tersebut. Tetapi itu berubah setelah Microsoft mulai memasukkan chatbot ke dalam mesin pencari Bing-nya.
Kebijakan Microsoft memancing perusahaan mulai khawatir tentang risikonya di bisnis mesin pencarian.
“Beberapa bahaya AI chatbots cukup menakutkan,” katanya kepada BBC.
Dia memperingatkan, AI chatbots bisa menjadi lebih cerdas daripada manusia dan dapat dieksploitasi oleh “aktor jahat”.
“Ini dapat menghasilkan banyak teks secara otomatis sehingga Anda bisa mendapatkan banyak robot spam yang sangat efektif. Ini memungkinkan para pemimpin otoriter untuk memanipulasi pemilih mereka, hal-hal seperti itu,” tandasnya.
Dirinya juga prihatin tentang risiko eksistensial dari apa yang terjadi ketika hal-hal ini menjadi lebih cerdas dari kita atau manusia.
“Saya sampai pada kesimpulan bahwa jenis kecerdasan yang kita kembangkan sangat berbeda dengan kecerdasan yang kita miliki,” ujarnya.
“Jadi seolah-olah Anda memiliki 10.000 orang dan setiap kali satu orang mempelajari sesuatu, semua orang secara otomatis mengetahuinya. Dan begitulah chatbots ini dapat mengetahui lebih banyak daripada satu orang,” katanya mengingatkan.
Elon Musk Juga Khawatir
Dia tidak sendirian menilai AI dapat menimbulkan bahaya serius bagi umat manusia. Bulan lalu, Elon Musk mengatakan, dia berselisih dengan salah satu pendiri Google, Larry Page.
Sebab Page tidak menganggap serius keamanan AI. Elon Musk mengatakan kepada Fox News bahwa Page menginginkan kecerdasan superdigital. “Pada dasarnya dewa digital, jika Anda mau, secepat mungkin,” ujar Musk.
Valérie Pisano, Kepala Eksekutif Mila –Institut Kecerdasan Buatan Quebec– mengatakan, pendekatan sembrono terhadap keselamatan dalam sistem AI tidak akan ditoleransi di bidang lain mana pun.
“Teknologinya diletakkan di sana, dan saat sistem berinteraksi dengan umat manusia, pengembangnya menunggu untuk melihat apa yang terjadi dan membuat penyesuaian berdasarkan itu. Kami tidak akan pernah, secara kolektif, menerima pola pikir seperti ini di bidang industri lainnya. Ada sesuatu tentang teknologi dan media sosial di mana kami seperti, ‘Ya, tentu, kami akan mengetahuinya nanti’,” paparnya.
Bukti Bahaya Kecerdasan Buatan
Kekhawatiran Hinton dalam jangka pendek adalah sesuatu yang telah menjadi kenyataan –orang tidak akan dapat membedakan apa yang benar lagi dengan foto, video, dan teks yang dihasilkan AI yang membanjiri internet.
Peningkatan baru-baru ini ke generator gambar seperti Midjourney berarti orang sekarang dapat menghasilkan gambar foto-realistis. Salah satunya gambar Paus Francis dalam mantel puffer Balenciaga menjadi viral di bulan Maret.
Hinton juga khawatir bahwa AI pada akhirnya akan menggantikan pekerjaan seperti paralegal, asisten pribadi, dan ‘pekerjaan yang membosankan” lainnya. Dan berpotensi “memakan” lebih banyak lagi pekerjaan di masa mendatang.
Kepala Ilmuwan Google, Jeff Dean, mengatakan dalam sebuah pernyataan, Google menghargai kontribusi Hinton kepada perusahaan selama dekade terakhir.
“Saya sangat menikmati banyak percakapan kami selama bertahun-tahun. Aku akan merindukannya, dan aku berharap dia baik-baik saja!” ujarnya.
“Sebagai salah satu perusahaan pertama yang menerbitkan AI Principles, kami tetap berkomitmen pada pendekatan AI yang bertanggung jawab. Kami terus belajar memahami risiko yang muncul sambil berinovasi dengan berani,” tukas Dean. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"