KONTEKS.CO.ID – Pesawat tanpa awak BRIN. Periset Pusat Riset Teknologi Terbang (PRTP)-BRIN berkolaborasi dengan PT Elevasi Teknologi Aeronautika (INAERO) membangun drone.
Kerja sama membangun drone atau pesawat tanpa awak BRIN ini berdasarkan Program Pengusaha Pemula berbasis Riset (PPRBR) di tahun 2022.
Kepala Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Fadilah Hasim, mengatakan, program kerja sama ini bertujuan mengembangkan Pesawat udara Nir Awak (PUNA).
“PUNA yang masih dalam pengembangan ini memiliki kemampuan peluncuran dan pendaratan secara vertikal. Salah satu kegiatan pengujian sistem PUNA tersebut, yakni sistem autopilot nantinya akan diuji di laboratorium DO-178C yang terdapat di PRTP-BRIN,” papar Fadilah, dilansir Rabu 31 Mei 2023.
Lebih lanjut, Fadilah menjelaskan, PUNA yang dikembangkan melalui skema pendanaan PPRBR ini menggunakan basis AEROpro B type.
AEROpro B type merupakan salah satu produk PUNA berjenis fixed wing dari INAERO. Material yang digunakan adalah fiber karbon komposit.
“Saat melakukan misi terbang, cara meluncurkan PUNA ini menggunakan tali pelontar, sehingga memerlukan lahan dengan luasan tertentu. Dan pendaratannya juga demikian. Misi terbang peluncuran dan pendaratan dikendalikan dengan remote kontrol secara manual,” katanya.
Saat mencapai ketinggian terbang yang telah ditentukan, PUNA ini akan beralih ke mode autonomus. “Di mana sistem autopilot akan mengambil alih kendali penerbangan dari pilot, agar PUNA mengikuti misi terbang yang telah ditentukan,” jelasnya.
Mengacu pada AEROpro B type tersebut, Inaero bersama PRTP-BRIN mengembangkan PUNA menjadi AEROpro BX type. Tipe ini dikembangkan agar memiliki kemampuan lepas landas dan pendaratan secara vertikal (VTOL).
AEROpro BX ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetaan presisi skala luas, di mana pesawat ini diproyeksikan sanggup meng-cover area seluas 300 – 500 ha sekali terbang. Selain itu, dengan mengganti payload menjadi kamera infra merah (FLIR), maka AEROpro BX juga dapat digunakan sebagai platform untuk melakukan pemantauan skala terbatas.
Dibanding model lain Fadilah menyebutkan bahwa AEROpro BX ini memiliki flexibilitas untuk melakukan lepas landas dan pendaratan dari mana saja, tanpa perlu memerlukan landasan.
Sehingga perangkat dapat digunakan untuk misi misi pemetaan atau pemantauan di daerah-daerah yang tidak memiliki landasan/lapangan sebagai tempat lepas landas dan pendaratan.
Meski begitu, lanjut dia, tipe AEROpro BX bukan tanpa kelemahan. Tipe ini memiliki daya tahan terbang yang lebih rendah dibandingkan versi non-VTOL untuk konfigurasi kapasitas baterai yang sama.
“Di samping itu, kapasitas angkut payload juga lebih kecil dibandingkan dengan yang versi non-VTOL, dikarenakan versi VTOL itu memmbawa beban tambahan berupa komponen VTOL yaitu engine, propeller, frame penyangga engine,” kata Fadilah.
Fadilah menambahkan, di tahun 2023 pihaknya berharap sistem Autopilot yang telah dikembangkan untuk PUNA AEROpro BX type dapat diuji di laboratorium DO-178C.
Tujuannya, memverifikasi dan memvalidasi persyaratan dari sistem autopilot yang telah didefinisikan di tahun 2022.
“Jika sesuai dengan rencana awal, diharapkan PUNA AEROpro BX type ini dapat memasuki tahapan pengujian akhir di tahun 2024 dan dapat mulai dipasarkan di tahun 2025,” pungkasnya.
BRIN sendiri telah memiliki Laboratorium DO-178C yang dapat dimanfaatkan untuk verifikasi dan validasi perangkat lunak flight control law yang terpasang di dalam system autopilot UAV.
“Dengan melakukan verifikasi dan validasi di darat, menjadikan kita memiliki keyakinan bahwa system autopilot yang dikembangkan ini telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya,” katanya lagi.
Salah satu jenis persyaratan yang wajib dipenuhi adalah yang berkaitan dengan keamanan dari sistem autopilot ini saat beroperasi.
“Jika sistem autopilot ini diuji secara menyeluruh di darat, dan yakin bahwa akan aman saat nanti diuji terbang, maka barulah sistem autopilot ini dapat dipasang di UAV untuk dilakukan uji terbang lanjutan guna memverifikasi dan memvalidasi hasil pengujian di lab DO-178C,” kata Fadilah. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"