KONTEKS.CO.ID – Meteor tabrak Australia. Meteor yang belum lama ini menabrak Queensland terkonfirmasi oleh data satelit sebagai yang terbesar menghantam Australia dalam 30 tahun terakhir.
Kepastian meteor tabrak Australia adalah yang terbesar di negara itu disampaikan oleh NASA. Tak heran bola api itu menerangi langit antara Mackay dan Teluk Carpentaria pada 20 Mei.
Saat meledak, meteor tersebut memiliki ketinggian 29 kilometer di atas Blackbull, sebuah wilayah pedesaan kecil antara komunitas Teluk Normanton dan Croydon, di barat laut Queensland.
Laman abc.net.au menginformasikan, data menyebut meteor bergerak dengan kecepatan hampir 28 kilometer per detik. Sedangkan kekuatan ledakannya setara dengan 7,2 kiloton TNT.
Dari sini, para ilmuwan telah menghitung batu luar angkasa yang masuk tersebut memiliki diameter 3,5 meter —kira-kira seukuran karavan— dan beratnya sekitar 80.000 kilogram.
Peneliti Curtin University School of Earth and Planetary Sciences, Ellie Sansom, mengatakan, itu adalah bola api terbesar yang dilaporkan oleh Sensor Pemerintah AS atas Australia sejak pencatatan dimulai pada tahun 1988.
“Saya memeriksa setiap hari dan kemudian data akhirnya muncul -ini adalah peristiwa terbesar yang pernah tercatat di Australia,” katanya.
Pengamatan telah mengisi kekosongan kamera Desert Fireball Network, sebuah proyek yang dipimpin oleh Curtin University, yang mengamati aktivitas meteor di Australia.
Sansom mengatakan, data baru mengkonfirmasi pecahan meteor “pasti” akan mendarat di area Croydon yang lebih luas.
“Apa pun yang berada di bawah 35 kilometer biasanya kami yakin ada barang di tanah, dan untuk mencapai serendah 29 kilometer, mungkin akan ada cukup banyak sisa dalam potongan-potongan kecil,” bebernya.
Para ahli sekarang merencanakan ekspedisi pencarian untuk memulihkan meteorit dalam beberapa pekan. “Kami akan mengumpulkan ilmuwan dari sini di Curtin University, mungkin Monash dan dari University of Southern Queensland, bersama dengan beberapa amatir yang tajam juga,” tambah Sansom.
Tim pencari akan bekerja sama dengan otoritas lokal, pemilik properti, dan pemilik tanah tradisional.
“Kami akan mencoba dan mengatur waktu di mana kami bisa mendapatkan sebanyak mungkin orang di lapangan,” katanya.
Sansom menjelaskan, kesempatan untuk mempelajari meteorit sangat fantastis untuk sains dan pertahanan planet di masa depan.
“Yang besar ini yang datang sebenarnya cukup langka, sesuatu yang ukurannya mungkin menghantam (seluruh) Bumi setahun sekali,” pungkasnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"