KONTEKS.CO.ID – Demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berlangsung di gedung DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (6/9).
Namun, demonstrasi damai itu berakhir ricuh lantaran mahasiswa yang dibuat kesal dengan sikap para anggota dewan yang tidak memperkenankan mereka masuk gedung untuk berdialog.
Sebelumnya, para mahasiswa beberapa kali mengirim perwakilannya untuk berdialog dengan para anggota dewan, namun selalu ditolak justru dihadapkan dengan aparat bersenjata lengkap.
“Kami tidak akan anarkis, kenapa harus dihadapkan dengan aparat seperti ini,” kata residen Pahasiswa Universitas Mataram Yudistira, melansir jpnn.com.
Dikatakan Yudistira, kenaikan harga BBM ini sangat memukul dan memberatkan rakyat. Sebab, saat ini kondisi perekonomian masyarakat akibat pandemi belum stabil.
“Saat ini rakyat masih berjuang memulihkan ekonominya,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Ketua Formula Rahdian Hasan mengatakan hati nurani pemerintah telah mati. Menurutnya, dengan kondisi perekonomian masyarakat yang masih merintih, penguasa malah menaikkan harga.
“Penguasa saat ini hanya memikirkan dirinya saja, mereka membuat kebijakan tanpa melihat kondisi masyarakat,” ujar Rahdian dalam orasinya.
Selain kondisi perekonomian, Rahdian juga menyinggung wacana pemerintah untuk memberikan bantuan langsung tunai (BLT) bagi pekerja yang berpenghasilan rendah, yang dianggap kurang tepat.
“Kebijakan itu sama sekali tidak akan merubah kondisi saat ini,” sebutnya.
Setelah itu, Ketua DPRD Provinsi NTB Baiq Isvie Rubaeda datang menemui massa aksi. Dia menyampaikan komitmennya untuk selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat.
“Saya akan tetap berada pada barisan masyarakat,” imbuhnya.
Sebelumnya, Isvie sempat menegaskan menolak kenaikan harga BBM. Bahkan, dia juga berjanji untuk menyampaikan seluruh tuntutan mahasiswa kepada pemerintah pusat.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"