KONTEKS.CO.ID – Aryanto Misel (67) penemu Niku Bayu atau Nikuba Hidrogen, teknologi mengubah air menjadi hidrogen dan digunakan sebagai bahan bakar kembali jadi sorotan.
Niku Bayu atau Nikuba Hidrogen temuan Aryanto Misel merupakan alat yang dapat mengubah air menjadi hidrogen dan digunakan sebagai bahan bakar.
Kekinian, Niku Bayu atau Nikuba Hidrogen telah ‘go internasional’. Aryanto Misel diundang ke Italia untuk mempresentasi dan uji coba instrumennya Nikuba Hidrogen.
Aryanto Misel dan dua petinggi PT Octagon telah terbang ke Italia pada Jumat 16 Juni 2023 dari Jakarta menuju Milan.
Pangdam III/Slw Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo, inovasi yang dikembangkan Aryanto Misel tersebut merupakan sebuah peluang untuk mengembangkan teknologi.
Kata Kunto, sekecil apapun peluang terhadap energi baru harus dikembangkan.
“Tiba saatnya Nikuba sebagai alternatif solutif akan mencoba terbang untuk dipresentasikan pada dunia. Meski memerlukan proses, namun ide, tindakan, komitmen dan keyakinan terhadap Nikuba sebagai alternatif energi terbarukan dapat menjadi peluang di masa yang akan datang,” kata Kunto dalam keterangannya menukil situs resmi TNI AD, Senin 3 Juli 2023.
Nikuba merupakan alat yang dilengkapi sistem pemisahan hidrogen dan oksigen pada kandungan air, untuk selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan bakar.
“Nikuba ini memiliki fungsi memisahkan antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O). Hidrogen yang telah terpisah kemudian dialirkan ke dalam ruang pembakaran dari mesin kendaraan bermotor,” jelas Aryanto.
Nikuba diklaim berhasil disempurnakan sehingga lebih efisien saat digunakan dengan kemungkinan menghemat 100 persen bahan bakar.
Sementara itu, kolaborasi dan komitmen terhadap inovasi Nikuba terus berjalan dengan baik melalui rangkaian beberapa model uji coba.
Kini telah banyak motor babinsa Kodam III/Slw yang terpasang Nikuba.
Dari hal tersebut didapatkan data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut.
Profil Aryanto Misel
Aryanto Misel populer pada 2022 lalu usai menemukan Niku Banyu.
Pasalnya, Nikuba dinilai kontroversial karena dapat menciptakan bahan bakar berbasis air.
Namun, menurut Aryanto, menciptakan alat-alat yang berguna bukan kali pertama baginya.
Dia mengaku telah menemukan ratusan alat-alat lainnya.
“Sudah ada 120 alat yang sudah saya temukan termasuk Nikuba,” katanya.
Dia mengaku melakukan hal itu lantaran kegemarannya dalam ilmu fisika sejak duduk di bangku SMP.
Dia mengaku senang bisa menemukan alat-alat yang fungsional.
Disebutkan, alatnya yang ditemukannya bukan lah gimik.
Bahkan delapan di antaranya telah dijualnya ke luar negeri. Termasuk ke Jepang yang notabenenya merupakan negara teknologi.
“8 di antaranya sudah saya jual ke Jepang dan Hong Kong. Semenjak SMP saya suka ilmu fisika. Buat saya mempelajari ilmu fisika memberi kenikmatan tersendiri bagi diri saya,” kata Aryanto.
Penemuan pertama Aryanto adalah Avtur, bahan bakar untuk pesawat Aeromodelling pada 1987.
Kemudian, pada 2005 Aryanto membuat Bio Diesel dari jelantah yang digunakan khusus bagi kapal nelayan untuk menghemat bahan bakar.
Pembuatan biodiesel itu lantaran naiknya harga BBM hingga 100 persen kala itu.
Kondisi tersebut membuat nelayan banyak yang tak melaut.
“Pada tahun 2005 harga BBM kan pernah naik sampai 100 persen. Dari Rp2.200 per liter mencapai Rp4.500 per liter. Itu membuat para nelayan banyak yang tidak pergi melaut. Kemudian saya mencoba membuat Bio Diesel yang terbuat dari minyak jelantah,” ungkap Aryanto.
Aryanto juga sempat menemukan pemadam api dari kulit singkong pada 2010 yang kemudian dijualnya ke Jepang.
Tak cukup sampai di situ, dia juga membuat rompi anti peluru organik yang terbuat dari serabut kelapa dan serat tebu yang dibeli Hong Kong. Menurutnya, kedua alat tersebut telah diproduksi massal.
“Rompi anti peluru organik ini sudah saya jual ke Hong Kong seharga Rp800 juta pada tahun 2010. Dan sudah diproduksi secara massal di sana. Pada tahun yang sama, pemadam api dari kulit singkong saya jual ke Jepang,” ujarnya.
Penemuannya yang paling menggegerkan adalah Nikuba. Alat tersebut bisa mengubah air jadi hidrogen sebagai bahan bakar.
Di media sosial, Aryanto mengeklaim satu tetes air rata-rata bisa untuk menjalankan motor sejauh 45-50 kilometer.
Dia juga mengklaim pernah menggunakan 1 liter air untuk melakukan perjalanan Cirebon- Semarang pulang pergi
“Nikuba ini pernah diuji digunakan pulang-pergi dari Cirebon ke Semarang cuma menghabiskan 1 liter air. Bahkan sampai sekarang 31 unit Nikuba sedang digunakan oleh Kodim dan Koramil Lemahabang, dan hampir 3 bulan katanya tidak pernah isi bensin, hanya isi ulang air saja,” kata Aryanto.
Disangsikan BRIN
Peneliti laboratorium motor bakar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arifin Nur menyangsikan bahwa penemuan Aryanto.
“Jika bisa sampai segitu, pasti yang bersangkutan akan menang lomba Shell Eco Marathon kelas Asia dan mungkin sudah dikontak dan dikontrak oleh pabrikan otomotif dunia,” tulis Arifin.
Menurut perhitungan Arifin, jarak Cirebon-Semarang sejauh 200 kilometer lebih, yang berarti 400 kilometer jika dilakukan pulang pergi.
“Jika digunakan sebagai bahan bakar suplemen/tambahan bahan bakar utama (bensin/solar) itu bisa saja,” jelas Arifin.
Arifin mengakui pihaknya belum pernah mencoba oxyhydrogen hasil elektrolisis untuk digunakan sebagai pengganti bahan bakar utama.
Alasannya, diperlukan modifikasi dan engine mapping yang relatif rumit untuk menyesuaikan timing waktu pembakaran yang disesuaikan dengan karakteristik gas oxyhydrogen tersebut, seperti cepat rambat pembakaran, autoignition temperature, nilai kalor gas dan sebagainya.
“Yang pernah kami uji dan kami teliti adalah gas oxyhydrogen tersebut digunakan sebagai bahan bakar tambahan pada kendaraan, di mana bahan bakar utama kendaraan/mesin tersebut tetap bahan bakar minyak seperti bensin atau solar,” ungkapnya.
Menurut Arifin, untuk mesin dinamis, seperti mesin kendaraan hasil uji, menunjukkan efisiensi penggunaan BBM yang bervariasi tergantung kondisi jalan karena untuk menghasilkan gas oxyhydrogen tersebut membutuhkan sumber energi listrik dari aki/baterai dan kemungkinan bisa sangat menghemat jika kondisi jalan cenderung menurun.
Untuk hasil uji pada mesin statis seperti generator PLTD, efisiensi penggunaan BBM tidak lebih dari 2 persen.
Hal itu bersumber energi oxyhydrogen generatornya diambil dari sumber lain, tidak dalam suatu siklus tertutup seperti seharusnya pengujian dilakukan.
“Sepeda motor 100 cc massal paling efisien saja saat ini paling jauh hanya bisa menempuh 60 km/liter BBM dengan syarat dan ketentuan berlaku selama pengujian,” ujarnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"