KONTEKS.CO.ID – Mantan pemain Chelsea Christian Atsu jadi korban gempa Turki-Suriah terjadi pada hari Senin 6 Februari 2023.
Mantan pemain Chelsea Christian Atsu jadi korban gempa Turki-Suriah bisa disimak di dalam artikel berikut ini.
Pemain tim nasional Ghana Christian Atsu dilaporkan hilang di Turki setelah gempa bumi melanda negara tersebut pada Senin 6 Februari 2023.
Pesepakbola berusia 31 tahun, yang sebelumnya bermain dengan Chelsea, Newcastle United, Everton dan Porto itu, saat ini bermain untuk Hatayspor di Liga Turki (Super Lig) sejak bergabung dengan klub tersebut pada September 2022.
Atsu adalah pahlawan The Star of the South – julukan Hatayaspor – pada hari Minggu 5 Februari 2023.
Christian Atsu keluar dari bangku cadangan untuk mencetak gol pada menit ke-97 dalam kemenangan 1-0 atas Kasimpasa.
Newcastle United, tempat Atsu menghabiskan lima tahun, mencuit pada hari Senin 6 Februari 2023: “Berdoa untuk beberapa berita positif, @ChristianAtsu20”.
Seperti diketahui pada berita sebelumnya, gempa Turki dan Suriah tembus 2.300 tewas setelah dua gempa besar yakni Magnitudo 7,8 dan Magnitudo 7,5 melanda pada Senin 6 Februari 2023 dini hari waktu setempat.
Cuaca buruk menghambat upaya penyelamatan setelah gempa berkekuatan 7,8 dan gempa susulan yang kuat melanda Turki selatan dan Suriah barat laut, menewaskan hampir 2.300 orang dan melukai lebih banyak lagi.
Menurut Survei Geologi AS, gempa terjadi pada pukul 04:17 (01:17 GMT) pada hari Senin 6 Februari 2023 di kedalaman sekitar 17,9 km (11 mil), menyebabkan runtuhnya dan kehancuran bangunan di beberapa wilayah. Itu juga dirasakan di Siprus dan Lebanon.
Sejauh ini dan kemungkinan besar jumlah korban akan terus bertambah. Selain kehancuran akibat gempa, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan pihak berwenang juga berjuang dengan kondisi cuaca yang sangat buruk.
“Kami berusaha menjangkau wilayah itu secepat mungkin,” beber Oktay kepada media seperti dilaporkan Al Jazeera.
Sinem Koseoglu dari Al Jazeera melaporkan dari Istanbul, mengatakan kondisi musim dingin yang keras membuat situasi di lapangan “sangat sulit”.
“Di mana-mana ada salju atau hujan, dan sangat dingin. Kondisi cuaca dan iklim membuatnya sangat sulit bagi petugas penyelamat dan warga sipil. Tampaknya ini menjadi tantangan terbesar bagi semua orang,” urai Koseoglu.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"