KONTEKS.CO.ID – Pada musim 2023/2024, Atalanta berhasil menjadi juara Liga Europa (UEL) untuk pertama kalinya di bawah asuhan Gian Piero Gasperini.
Prestasi ini membuat nama Gasperini tercatat dalam sejarah sebagai manajer tertua yang mampu meraih gelar juara dalam sejarah UEL.
Bagi pelatih berusia 66 tahun tersebut, trofi tersebut memiliki nilai yang sangat istimewa karena menjadi gelar pertamanya dalam 30 tahun berkarier sebagai pelatih.
Gasperini harus menghadapi banyak rintangan dalam meraih gelar juara tersebut namun ia berhasil melewati semuanya.
Pencapaian yang lebih mengesankan lagi adalah fakta bahwa trofi pertama yang ia peroleh merupakan kompetisi antarklub Eropa.
1. Nama Gian Piero Gasperini Terkenal setelah membawa Genoa promosi ke Serie A Italia pada 2006/2007
Awal karier Gian Piero Gasperini sebagai pelatih ketika ia melatih tim muda Juventus pada tahun 1994. Pada saat itu, Gasperini masih menjadi seorang pemain di Juventus.
Kemudian, pada musim panas tahun 2003, Gasperini menerima tawaran dari FC Crotone untuk menjadi pelatih tim tersebut.
Ia melatih klub tersebut dalam dua periode, yaitu dari Juli 2003 hingga Desember 2004 dan dari April 2005 hingga Juni 2006.
Setelahnya, Gasperini pindah ke Genoa pada bulan Juli 2006. Di Genoa, ia berhasil membawa tim tersebut promosi ke Serie A Italia pada musim 2006/2007.
Sejak saat itu, nama Gasperini mulai terkenal sebagai seorang pelatih yang berbakat.
2. Dipecat 4 kali, termasuk gagal bersama di Inter Milan pada 2011/2012
Gian Piero Gasperini harus mengalami empat kali pemecatan dari empat klub yang pernah ia tangani, yaitu Crotone, Genoa, Inter Milan, dan Palermo.
Pemecatan pertamanya terjadi ketika ia melatih Crotone pada bulan Desember 2004.
Saat itu, Gasperini kehilangan pekerjaannya setelah Crotone hanya berhasil meraih satu kemenangan dalam 10 pertandingan Serie B. Genoa menjadi klub kedua yang memecatkannya pada bulan November 2010.
Presiden Genoa, Enrico Preziosi, mengatakan bahwa pihak manajemen tidak puas dengan hasil-hasil buruk.
Serta tidak melihat adanya perkembangan yang signifikan setelah menghabiskan dana sebesar 30 juta euro atau sekitar Rp521 miliar untuk belanja pemain.
Pemecatan yang paling menyakitkan terjadi ketika ia melatih Inter Milan pada tahun 2011.
Gian Piero Gasperini hanya memainkan lima pertandingan kompetitif bersama Inter Milan pada awal musim 2011/2012.
Sayangnya, ia tidak berhasil meraih kemenangan sama sekali dalam lima pertandingan tersebut.
Menurut laporan La Gazzetta Dello Sport, mantan Presiden Inter Milan, Massimo Moratti, menganggap tidak salah memecat Gasperini pada saat itu.
Moratti berargumen bahwa pelatih tersebut tidak berhasil memberikan hasil yang diinginkan. Namun, pemecatan yang paling kontroversial dan unik terjadi ketika Gasperini menjadi pelatih Palermo.
Pada tahun 2012/2013, ia dipecat dua kali oleh klub tersebut. Ia pertama kali dicopot dari jabatannya pada tanggal 4 Februari 2013.
Namun, Presiden Palermo saat itu, yaitu Maurizio Zamparini, mempekerjakan Gasperini kembali hanya 20 hari kemudian.
Namun, Zamparini memecat Gasperini untuk kedua kalinya pada tanggal 11 Maret 2013. Artinya, periode kedua Gasperini di Palermo tidak sampai sebulan lamanya.
3. Kalah 3 kali di final Coppa Italia bersama Atalanta sebelum menjuarai UEL 2023/2024
Sejak musim panas 2016, Gian Piero Gasperini mengalami periode terbaiknya sebagai seorang pelatih ketika ia menangani klub Atalanta.
Pada musim 2019/2020, ia berhasil membawa Atalanta lolos ke Liga Champions Eropa untuk pertama kalinya.
Namun, sayangnya hingga saat ini masih belum berhasil mempersembahkan gelar juara apa pun untuk klub tersebut.
Meskipun demikian, Gasperini berhasil membawa Atalanta mencapai babak final Coppa Italia sebanyak tiga kali.
Namun, sayangnya semua berakhir dengan kekalahan. La Dea kalah 1-2 dari Lazio pada final Coppa Italia 2018/2019 dan juga takluk dua kali dari Juventus di final Coppa Italia pada 2020/2021 dan 2023/2024.
Walaupun banyak kegagalan, Gian Piero Gasperini akhirnya berhasil memenangkan trofi pertama untuk Atalanta dan dirinya sendiri.
Prestasi tersebut diraih saat ia membawa Atalanta meraih kemenangan 3-0 atas Bayer Leverkusen dalam final Liga Europa 2023/2024.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"