KONTEKS.CO.ID – Sejarah sepak bola Indonesia selalu menarik untuk disimak, apalagi banyak lika-liku perjalanannya.
Salah satu sejarah sepak bola Indonesia yang mungkin belum banyak orang tahu adalah, cabang ini menjadi salah satu wadah perjuangan melawan penjajah Belanda.
Awal masuk sepak bola di Indonesia
Sepak bola Indonesia pertama kali masuk di zaman pemerintahan Hindia Belanda pada 1914. Sejak saat itu banyak diadakan berbagai kompetisi antar masing-masing kota di pulau Jawa.
Sebelum PSSI berdiri, muncul wadah bernama Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie atau disingkat NIVU pada 1927.
Munculnya NIVB ternyata memicu jong (pemuda) di Yogyakarta, Malang, Madiun, dan lainnya, melahirkan bond (klub) baru. Mereka mulai aktif dalam organisasi tersebut dan menjadikan olahraga itu sebagai alat persatuan untuk membuat pergerakan melawan kolonialisme.
Mencium gelagat tersebut, pemerintah Hindia Belanda pun terus mempersulit aktivitas pergerakan bond.
Para pemuda acap kali sukar untuk bermain atau sekadar menonton pertandingan sepak bola, karena lapangan-lapangan yang bisa digunakan masih dikuasai kaum kolonial. Cuma masyarakat pemilik gulden (mata uang Hindia Belanda) saja yang boleh menikmati permainan dan menonton sepak bola.
Hal itu pula yang membuat Ir Soeratin Sosrosoegondo menginisiasi beberapa jong yang mendorong pergerakan Sumpah Pemuda yang berhasil terselanggara pada 28 Oktober 1928.
Berdirinya PSSI
Pada masa penjajahan, terbentuk organisasi Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Namanya berubah menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI pada 19 April 1930 di Yogyakarta.
Pendiri PSSI adalah Soeratin Sosrosoegondo yang sekaligus menjadi Ketua Umum PSSI pertama. Selain karena gemar sepak bola, Soeratin menjadikan PSSI sebagai wadah pergerakan nasional melawan penjajahan.
Saat berdirinya PSSI, memiliki beberapa kegiatan politik yang menentang Hindia-Belanda. PSSI sebagai Badan Olahraga Nasional memiliki tujuan memperkuat olahraga Indonesia melawan Hindia Belanda.
Kontroversi Ikut Piala Dunia 1938
Delapa tahun setelah PSSI berdiri, Indonesia langsung ikut berpartisipasi pada Piala Dunia 1938 di Prancis.
Keinginan untuk terlibat di perhelatan akbar sepak bola dunia ini menyisakan kontroversi, mengingat kala itu Indonesia masih menjadi negara jajahan Belanda. Republik Indonesia belum berdiri.
Indonesia berlaga di turnamen ini dengan nama Dutch East Indies (Hindia Belanda) setelah lolos dari babak kualifikasi tanpa harus bertanding. Kualifikasi Zona Asia waktu itu hanya diwakili oleh Indonesia dan Jepang, nama terakhir mengundurkan diri karena sedang berada dalam situasi perang dengan China.
Kompetisi Liga di Indonesia
Sejalan dengan itu, kompetisi amatir Liga Sepak Bola Indonesia pun memulai aktivitasnya pertama kali pada sekitar 1930-an.
Pada masa kolonial Belanda, penyelenggaraannya masih amatir dan lebih dikenal dengan sebutan Perserikatan. Ini berlangsung hingga 1979.
Selanjutnya pada 1979 hingga 1980 diluncurkan kompetisi yang dianggap lebih semi-profesional yaitu liga sepak bola utama atau disingkat Galatama.
Galatama terdiri dari satu divisi tunggal di tahun 1983. Baru pada 1990 ada dua divisi. Galatama menjadi pionir kompetisi semi-profesional dan profesional di Asia selain Liga Hongkong.
Kala itu kompetisi Perserikatan dan Galatama berjalan sendiri-sendiri. Namun pada 1994, PSSI menggabungkan Perserikatan dan Galatama dengan meleburnya dalam Liga Indonesia.
Tujuan penggabungan ini untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia sehingga ada istilah fanatisme suporter di perserikatan bercampur dengan profesionalisme Galatama.
Pembekuan PSSI oleh FIFA
Sejarah sepak bola Indonesia terus berkembang hingga pada 2008 terbentuk Liga Super Indonesia(ISL). Liga ini untuk menggantikan Divisi Utama sebagai kompetisi teratas.
Selain itu, Liga Super Indonesia juga menjadi liga sepak bola profesional pertama di Indonesia. Namun berjalannya waktu, tepatnya pada 2011, ada dualisme kompetisi dengan pendirian Liga Primer Indonesia (LPI).
Dalam Kongres Luar Biasa PSSI pada 2014, pihak Liga Primer Indonesia dan Liga Super Indonesia sepakat kembali menggabungkan kompetisi.Â
Namun belum ada setahun liga berjalan, Menpora Imam Nahrawi justru malah membekukan PSSI.
Menpora beralasan PSSI tidak mematuhi peraturan olahraga nasional. Ujungnya, FIFA pun ikut membekukan PSSI.
Tentunya ini mengecewakan seluruh pencinta sepak bola tanah air. Pembekuan ini juga tentunya membuat banyak kerugian besar di banyak pihak mulai dari klub, sponsor, pelatih, hingga para pemain yang terancam menganggur dan tentunya untuk PSSI sendiri.
Tetapi satu tahun kemudian, Menpora akhirnya mencabut sanksi pembekuan aktivitas terhadap PSSI. FIFA mengikuti dengan mencabut sanksi atas Indonesia pada 13 Mei 2016.
Sekarang kompetisi sepak bola profesional tertinggi di Indonesia berganti nama menjadi Liga 1 yang diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia Baru sejak 2017.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"