KONTEKS.CO.ID – Kisah Samiri, pembuat patung anak sapi yang menipu Bani Israil, terjadi pada masa dakwah Nabi Musa AS. Dalam kitab Qashash Al-Anbiya, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Samiri membuat patung anak sapi dari perhiasan emas yang bisa berbicara.
Samiri pada mulanya membuat patung anak sapi dari perhiasan emas. Tetapi ia melihat Malaikat Jibril mengirim bantuan Allah SWT kepada Musa AS untuk menenggelamkan Firaun di Laut Merah.
Kala itu, Samiri mengambil tanah pijakan kuda malaikat Jibril untuk kemudian memasukkannya ke dalam tubuh patung anak sapi yang telah ia buat.
Setelah itu, Samiri pergi menemui Bani Israil dengan membawa patung yang telah ia buat dan mengatakan bahwa itu adalah Tuhan Bani Israel dan Musa.
Seketika patung buatannya mengeluarkan suara selayaknya anak sapi asli sehingga membuat Bani Israil bersorak kegirangan karena menganggap tuhan berada di sisi mereka.
Namun, beberapa ulama berpendapat bahwa suara sapi itu berasal dari angin yang masuk melalui duburnya dan keluar lewat mulutnya.
Bani Israil yang menyaksikan dan menganggap itu ajaib kemudian menyembah anak sapi itu. Fitnah Samiri akhirnya menyebar ke seluruh kaum. Hingga suatu hari, betapa terkejutnya Nabi Harun As melihat Bani Israil menyembah patung anak sapi emas.
Nabi Musa As Melihat Kaumnya Menyembah Sapi
Ketika Nabi Musa kembali, beliau terkejut melihat Bani Israil tengah menari-nari di sekitar patung anak sapi. Beliau marah dan merasa kesal atas tindakan umatnya yang telah mempersekutukan Allah SWT dengan berhala tersebut.
Nabi Musa kemudian menghampiri Harun AS, adiknya yang juga seorang nabi, dan melemparkan lembaran Taurat ke tanah seraya menarik rambut dan jenggot Harun AS.
Namun, Harun AS menjelaskan bahwa beliau tidak bersalah dan tidak menerima tindakan para penyembah patung. Harun AS hanya tidak ingin meninggalkan umatnya dan pergi begitu saja. Ia khawatir jika beliau memaksa dan memaksakan kehendaknya, hal tersebut akan memicu perang saudara.
Nabi Harun AS telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengajak Bani Israil untuk kembali ke jalan yang benar. Namun, beliau tidak ingin menggunakan kekerasan dan memaksa mereka karena khawatir hal tersebut akan semakin memecah belah umatnya.
Musa AS kemudian memohon ampun kepada Allah SWT untuk dirinya dan Harun AS. Kemudian beliau mengalihkan pandangannya kepada Samiri yang dianggap sebagai dalang di balik pembuatan patung anak sapi.
Samiri mengklaim bahwa ia mengetahui sesuatu yang orang lain tidak ketahui. Ia melihat Jibril naik kuda yang menyentuh benda-benda dan membuatnya hidup.
Nabi Musa memberikan sanksi kepada Samiri sesuai dengan ayat dalam Surat Thaha ayat 97, yaitu menempatkan Samiri di wilayah terpencil agar tidak dapat mendatangi Nabi Musa AS beserta kaumnya sebagai sanksi di dunia.
Sementara sanksi di akhirat, Samiri akan mendapat tempat di neraka lantaran perbuatannya yang menyesatkan Bani Israil.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"