KONTEKS.CO.ID – Mengenal jenis tauhid dalam ajaran Islam. Tauhid dikenal sebagai arti mengimani bahwa Allah SWT itu satu dan merupakan sebuah Dzat yang memiliki segala kesempurnaan serta tidak ada satu pun yang bisa menggantikannya.
Sementara Ilmu tauhid disebut sebagai ilmu ushul (dasar agama) atau ilmu akidah, yaitu sebuah ilmu yang nantinya dapat menjadi bekal pedoman bagi seluruh umat Islam dalam melakukan kewajibannya sebagai umat beragama.
Secara bahasa, tauhid ini memiliki arti sebagai menyatukan, menjadikan satu atau diartikan sebagai menyifati dengan kesatuan.
Sementara, dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tauhid merupakan keesaan Allah SWT.
Arti tauhid ini memiliki makna sebagai meyakini kebenaran seluruh ajaran Allah SWT yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-Nya.
Selain itu tauhid juga didefinisikan sebagai sikap meyakini bahwa Allah SWT Maha Suci, yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh makhluk hidup ciptaannya.
Adapun macam-macam tauhid menurut Ibnu Taimiyah dibagi menjadi 3 yakni:
- Rububiyah
Tauhid rububiyah merupakan jenjang pertama dalam ilmu tauhid, yang menyebutkan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pencipta dan pengatur alam semesta di dunia.
Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar yang berbunyi:
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.”
Tauhid ini juga diyakini benar tanpa keraguan sedikit pun bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Allah yang mampu menciptakan dan mengatur alam dan seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya.
- Uluhiyah
Tauhid uluhiyah ini diketahui menjadi jenjang kedua yang menyebutkan adanya sebuah perintah untuk menyembah Allah semata, berdoa hanya kepada Allah, mencintai hanya kepada Allah dan juga yang lainnya.
Tauhid ini juga dapat diartikan sebagai mentauhidkan atau mengesakan Allah SWT dari segala bentuk peribadahan baik itu yang dzohir atau terlihat maupun batin yang tak terlihat.
Hal itu juga dapat diartikan sebagai kamu beriman hanyalah kepada Allah SWT semata yang berhak disembah dan juga tidak ada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al Imran yang berbunyi:
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” (‘Al ‘Imran 3:18)
Beriman pada uluhiyah Allah ini dikenal sebagai merupakan konsekuensi dari adanya keimanan terhadap rububiyah-Nya.
Hal ini memiliki arti mengesakan Allah SWT dalam segala macam ibadah seperti salat, doa, nazar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut ,dan berbagai macam ibadah lainnya.
- Asma Wa Sifat
Asma Wa Sifat merupakan tauhid jenjang terakhir yang berisi tentang perintah untuk beriman pada semua yang terdapat dalam Al Quran dan hadist-hadist nabi yang sahih, termasuk nama-nama Allah dan semua sifat-sifatnya.
Seperti yang kita ketahui, umat Islam ini mengenal 99 asma’ul husna yang juga dikelan sebagai nama sekaligus sifat Allah SWT yang wajib diimani.
Imam Syafi’i juga meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut:
“Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah.”***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"